The Seedling Project: Food for All ~ Part 1

Selama kurang lebih sembilan bulan kami bergelut dengan kegiatan The Seedling Project. Ceritanya panjang. Awalnya kami mengumpulkan proposal, yang tak disangka terpilih menjadi salah satu penerima dana Hibah oleh Mantasa Indonesia. Kami senang sekaligus cemas, khawatir tidak mampu melaksanakan kegiatan dengan baik.
Syukurnya ada guru dan banyak teman yang membantu kami. Ketika ragu kami berdiskusi dengan teman dan bertanya pada guru. Ada Bu Hayu dari Mantasa yang juga selalu memantau perkembangan kami. Bu Hayu sering memberi pertanyaan dan tugas yang memaksa kami untuk belajar. Hehehe..
Apa yang menarik dari kegiatan kami?
Banyak sekali yang menarik. Salah satunya kami jadi tahu bahwa ada banyak jenis legum lokal, khususnya komak dan antap. Kami pun baru tahu saat melakukan observasi di pasar. Oya, legum ini biasa kita sebut kacang atau biji. Sayangnya banyak yang tidak mengenal atau tidak mengonsumsi legum tersebut. Komak saja ada banyak jenisnya demikian juga antap. Umumnya yang menjadi perbedaan adalah warnanya, namun teksturnya relatif sama. Saat diolah menjadi makanan rasanya juga sedikit berbeda. Beberapa jenis komak rasanya lebih manis saat disayur. Sementara antap selain dibuat sayur juga dapat diolah menjadi aneka jajanan, terutama untuk isian.
Beberapa kali kami melakukan interview dengan masyarakat dan petani lokal dan menemukan banyak hal menarik. Misalnya saja sebaran tanaman yang ternyata lebih banyak ada di Lombok Tengah, Lombok Utara dan Lombok Timur. Sementara di Lombok Barat dan Mataram sudah sangat jarang. Di pasar, yang jadi favorit adalah legum dari Lombok Utara. Bisa jadi karena kondisi alam dan cuaca yang mendukung sehingga kualitas biji jadi baik.
Ada juga beberapa jenis legum yang sulit ditemukan atau kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit, misalnya komak merah dan komak hitam juga komak cengik.
Kami juga menjadi tahu bahwa jika kita dapat memaksimalkan pemanfaatan legum maka kita bisa mengurangi konsumsi legum lain keperti kedelai atau kacang hijau. Kita tahu bahwa Indonesia sekarang mengimpor kedelai, bahkan lebih banyak kedelai impor dibanding kedelai lokal yang beredar di pasar.
the seedling project - selecting seeds

Posting Komentar

0 Komentar