The Headmaster: Jadi Pemimpin Yang "Uswah Hasanah"

Kali ini Tim Media berkesempatan wawancara langsung dengan Kepala Madrasah. Yuhuuu, semoga menginspirasi!



1. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan/kisah hidup Anda?

Hidup saya dimulai pada tanggal 17 Juli 1988. Dulu ketika kecil, mulai dari TK saya tinggal di Lotim sampai kelas 4. Kemudian dari kelas 5 sampai kelas 6 saya pindah ke Lombok Barat. Banyak pengalaman unik sebagai anak-anak, khususnya di Lombok Timur, banyak kenakalan khas anak-anak, apalagi laki-laki.. hahaha misalnya seperti mengejar layangan sampai lupa waktu. Saya lebih banyak berpetualang dengan teman-teman, dan jarang berada di rumah. Saya dikenal oleh teman-teman sebaya sebagai sosok yang periang dan suka berbagi. Kelas 5 SD saya pindah ke MI At-Tahzib di Gunung Sari agar lebih banyak mendapat pendidikan agama.

Selepas SD, saya melanjutkan ke Pondok Modern Gontor. Disanalah saya memulai kehidupan merantau, jauh dari orangtua. Awalnya sempat sedikit sedih, tapi sejalan waktu jadi terbiasa. Kemandirian saya semakin terlatih. Saat di Gontor, saya mengira bisa langsung lulus setelah mendaftar, ternyata kita masih berstatus sebagai calon pelajar selama 6 bulan. Pada pengumuman pertama saya tidak lulus. Alhamdulillah, di pengumuman kedua saya diterima.

Saya memilih untuk ditempatkan di Gontor 6, di Magelang, kecamatan Sawangan. Karena berada di kaki Gunung Merapi, pondok saya bisa dikatakan berhawa dingin. Tahun 2005, satu tahun menjelang kelulusan Aliyah (setingkat SMA), saya dipindah ke Gontor Pusat di Ponorogo. Cara belajar di Gontor memang beda, banyak tantangannya, namun itu menempa kita menjadi pribadi yang kuat. Lulus di tahun 2006, saya memutuskan untuk melanjutkan perkuliahan di Gontor (lagi) dengan Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah. Saya lulus di tahun 2010.

Alhamdulillah, saya sempat juga mengenyam pendidikan non-formal di Makkah awal 2012 sampai Agustus 2014. Saat itu belajar sambil bekerja paruh waktu di Masjidil Haram, tempat dimana Syeikh Sudais ber-kantor. Hampir setiap hari saya bertemu beliau, padahal orang Makkah-Madinah pun belum tentu bisa bertemu dia. Yang paling berkesan adalah saat beliau menepuk kening saya sambil bertanya, “Apa kabar Indonesia?” Alhamdulillah… hehehe..

Sepulang dari Makkah saya langsung bergabung di MSI dan Alhamdulillah hingga saat ini.

2. Bagaimana pandangan Anda tentang Pendidikan dalam Islam?

Menurut saya Pendidikan dalam Islam menekankan pada akhlak yang berlandaskan pada al-Quran dan Sunnah. Jika akhlak mulia sudah terbentuk, sikap positif, sistem diri, maka hal-hal lainnya akan mengikuti. Pendidikan akhlak ini hendaknya dimulai sejak dini, dan dimulai dengan contoh dari orangtua dan keluarga.

3. Bagaimana rasanya menjadi Kepala Madrasah di usia yang terbilang masih sangat muda?

Ini adalah tantangan yang sangat luar biasa bagi pribadi saya. Saat nyantri dulu, ada quote yang sangat terkenal “Kita harus siap memimpin dan siap dipimpin”, itulah yang mendorong saya untuk berani jadi pemimpin. Kepemimpinan yang saya terapkan adalah “Uswatun Hasanah” memimpin dengan contoh.

4. Siapa tokoh inspirator dalam hidup Anda?

Jawaban saya pasti: Muhammad Rasulullah SAW. Jawabannya anda tahu sendiri. Beliau adalah sosok panutan, sosok sempurna, yang-segala-dalam-diri- dan-hidupnya adalah Uswatun Hasanah.

5. Bagaimana anda melihat MSI dalam 5 tahun kedepan?
Dalam visi saya, MSI akan menjadi Madrasah besar, Madrasah contoh. Yang harus diingat adalah semakin besar pohon maka semakin besar angin yang menerpa.


Tim Media MSI

Posting Komentar

0 Komentar