Live-In Industri Berbasis Budaya dan Berwawasan Lingkungan di Desa Peringgasela
NTB memiliki keragaman budaya
yang luar biasa. Salah satunya terdapat di Desa Pringgasela. Tempat ini menawarkan
pengalaman luar biasa dalam tradisi dan budaya. Desa yang terletak di Lombok
Timur ini dikenal sebagai sentra produksi kain tenun khas NTB. Ia juga memiliki
industri kayu dan batu bata tradisional yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Penduduknya sangat bangga dan dengan penuh semangat mewarisi dan
mengembangkan budaya mereka.
Sebagai upaya memperkenalkan
nilai dan kekayaan lokal, Pesantren Alam Sayang Ibu (PAMSI) secara rutin
mengadakan program live-in bagi para
santri. Desan Pringgasela adalah salah satu destinasi live-in santri PAMSI. Melalui
program ini, nune-dende, sebutan bagi para santri, melakukan observasi terhadap
berbagai kegiatan industri yang berbasis budaya.
Kegiatan live-in di Desa Peringgasela merupakan pengalaman belajar yang mendalam yang melibatkan seluruh nune dan dende kelas VIII. Selama live in, di samping observasi, mereka juga mepelajari proses tiga industri utama desa Peringgasela, yaitu kayu, batu bata, dan kain tenun, dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan dan perlindungan hutan.
Nune dende juga diajarkan tentang prinsip-prinsip keberlanjutan dalam industri kayu. Mereka memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara penebangan kayu dan regenerasi hutan. Ini adalah pelajaran berharga tentang pelestarian alam dan perlindungan lingkungan.
Nune dan dende juga mengunjungi tempat kerajinan batu bata. Kegiatan dimulai dengan pengenalan tentang bahan dasar dalam pembuatan batu bata, yaitu tanah liat. Nune dan dende diajarkan tentang jenis tanah liat yang digunakan, sifat-sifatnya, dan bagaimana proses pengolahan tanah liat menjadi bahan baku bata. Mereka juga memahami berbagai tahap produksi, termasuk pencampuran tanah liat, pembentukan bata, pengeringan, dan pembakaran.
Salah satu bagian paling istimewa dari live-in adalah kunjungan ke tempat kerajinan tenun khas NTB. Nune dan dende melihat bagaimana benang katun diolah menjadi kain tenun dengan motif khas daerah ini. Mereka belajar tentang pentingnya warisan budaya dan seni dalam proses ini. Kegiatan dimulai dengan pengenalan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tenun, seperti benang katun dan pewarna alami. Nune dan dende juga memahami alat-alat yang digunakan dalam proses tenun, termasuk alat tenun tradisional dan berbagai perangkat bantu lainnya.
Kegiatan live-in di Desa Peringgasela tahun ini memiliki dimensi lain yang lebih mendalam karena dirangkaikan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad. Kegiatan live-in yang diadakan selama perayaan Maulid Nabi Muhammad memungkinkan Nune dan dende untuk belajar tentang nilai-nilai keagamaan seperti kasih sayang, keramahan, dan kebersamaan.
Mereka dapat melihat bagaimana penduduk desa merayakan Maulid Nabi dengan kegiatan keagamaan seperti shalat bersama, pembacaan doa, dan ceramah. Ini juga memberi mereka kesempatan untuk merasakan sentuhan spiritual yang kuat dalam kehidupan masyarakat setempat. Setelah itu Nune dan dende dan penduduk desa berkumpul untuk makan bersama dengan satu nampan yang sama, kegiatan ini menciptakan momen persatuan yang sangat kuat. Ini adalah cara simbolis untuk menunjukkan bahwa, meskipun mereka mungkin berasal dari berbagai latar belakang dan usia yang berbeda, mereka adalah satu komunitas yang bersatu dalam semangat persaudaraan.
Selama kegiatan live-in, Nune dan
dende tidak hanya mengamati industri-industri ini, tetapi juga diharapkan untuk
mengasah berbagai karakter dasar yang penting bagi diri mereka seperti disiplin,
ketekunan, tanggung jawab dalam mengikuti jadwal dan mengambil bagian dalam
berbagai aktivitas.
Melalui interaksi dengan penduduk
desa, Nune dan dende juga belajar pentingnya toleransi, kerjasama, dan rasa
hormat terhadap budaya dan tradisi masyarakat. Observasi industri-industri ini
akan merangsang pemikiran kritis Nune dan dende, membantu mereka mengembangkan
kemampuan analisis dan penalaran yang akan berguna untuk hidup mereka kedepanya.
Mereka belajar tentang keberanian, ketahanan, dan adaptabilitas dalam
menghadapi lingkungan yang berbeda.
Kegiatan live-in di Desa Peringgasela adalah cara Pesantren Alam Sayang Ibu
untuk mengenalkan Nune dan dende pada keberagaman budaya daerah sambil mengasah
berbagai karakter dasar nune dan dende. Dengan mengobservasi industri kayu,
batu bata, dan tenun khas daerah, mereka tidak hanya belajar tentang pekerjaan
fisik, tetapi juga tentang pentingnya warisan budaya dan seni dalam kehidupan
sehari-hari.
0 Komentar