Menjadi Ibrahim dalam Imajinasi

Gambar: Suara Muhammadiyah
     
Rasanya tak rela menyembelih anak yang saya dambakan dan itu merupakan anak satu-satunya , tetapi karna itu perintah Allah saya harus rela mengorbankan anak yang saya sayangi itu , saya harus ikhlas menerima apapun yang terjadi.

       Untuk berbincang saja sudah sangat berat bagi saya, karna saya tak ingin menyakiti perasaan dan hati anak saya, mengikat dan menyembelihnya saya sudah tak tega. Melihat anak yang masih kecil dan saya sayangi itu disembelih.

       Tapi itu sudah wahyu atau perintah Allah. Saya harus sabar dan tabah menjalani perintah Allah. Allah menciptakan sesuatu asti ada hikmahnya. Saya menjalankan perintah Allah untuk meraih ketakwaan.

       Saya mengurbankan anak saya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Saya harus ikhlas merelakan anak saya untuk di kurbankan karna mungkin dibalik itu ada hikmahnya. Saya harus bersabar, tawakal, dan saya harus ikhlas menerimanya.

       Sungguh kuat iman, kesabaran dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya. Ia menjalankan itu karna perintah Allah dan berusaha meraih ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah. Itulah sikap yang patut kita teladani dari Nabi Ibrahim AS.

Article by: Irma Nismara Arista Widya

Posting Komentar

0 Komentar