Tak Semudah Berkedip

Tak Semudah Berkedip

Buku iqro’ , adalah buku pertama yang mengajarkanku tentang bagimana caranya membaca huruf-huruf arab. Dari buku iqro’ , aku belajar tentang Al-Qur-an. Aku mendengar banyak orang yang membahas tentang Al-Qur’an. Semua ini terjadi saat aku sedang duduk di bangku TK. Dan dari sinilah, kisahku mengenal Al-Qur’an dimulai.

Aku seringkali mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dilantunkan saat orang sedang mendirikan Sholat. Aku memang menghafal surat Al-fatihah sejak dulu, tapi aku tidak pernah tau apapun tentang Al-fatihah. Mungkin aku hanya mengenal ucapan “ Bismillahi rohmani rohim” , dan tak tau kalimat apa yang selanjutnya akan dibacakan. Sampai akhirnya, ibuku sering menjelaskan kepadaku apa itu Al-Qur’an. Beliau berkata, Al-Qur’an adalah bukunya Allah, maklumlah, saat itu aku tak tahu apapun tentang Al-Qur’an. Saat di TK-pun, guruku hanya memintaku untuk menghafal ayat-ayat pendek yang ada di dalam Al-Qur’an. Ya meskipun kembali lagi, aku tidak tahu apa itu Al-Qur’an.

Sampai akhirnya, ayahku yang sangat aku cintai itu memasukkanku ke tempat orang-orang yang gemar mengaji. Saat itu, aku tak tahu apapun tentang tempat itu. Berbekal keinginan untuk pergi ke mall atas janji ayahku, akupun menuruti permintaan ayahku itu, untuk masuk ke tempat belajar mengaji yang lokasinya tak jauh dari rumahku itu.

Pertama kali aku menginjakkkan kaki di tempat itu, aku merasa asing sendiri, meskipun aku mengenal huruf-hiruf yang mereka baca. Mulai dari huruf alif, ba, ta, tsa, ataupun huruf-huruf yang lain. Yang membuatku merasa asing adalah, ditempat itu aku mendengar orang-orang yang mengaji, tapi tidak melihat Al-Qur’an. Pastinya aku terkagum-kagum kepada orang itu. Sampai akhirnya aku memberanikan diri membawa Al-Qur’an baruku, dan duduk di sebelah guru mengajiku yang baru itu.
Percakapan ringan yang ia lontarkan kepadaku membuat aku semakin bergairah untuk mencoba mengaji tanpa melihat Al-Qur’an, kata guru baruku itu, namanya sih menghafal Al-Qur’an. Lalu aku bertanya kepada guru baruku itu, apakah kakak yang barusan kulihat itu adalah kakak yang tengah menghafal Al-Qur’an? Guruku hanya memberikan anggukan disertai senyuman yang tulus. Dari situlah, keinginanku untuk menghafal Al-Qur’an semakin memuncak.

Dengan tertatih-tatih, aku mulai mencoba untuk menghafal Al-Qur’an. Guruku menyarankan untuk menghafal surah-surah pendek terlebih dahulu. Aku yang tengah bersemangat pun mulai mencoba untuk menghafal surah-surah pendek yang ada di dalam Al-Qur’an. Namun, hari pertama aku tidak bisa menghafal satu surah secara sempurna. Hanya bisa menghafal lima ayatpun guru baruku yang bernama Anis itu sudah cukup bangga kepadaku. Katanya, aku sudah pintar dalam menghafal Al-Qur’an. Aku yang merasa disanjung pun hanya bisa tersenyum.

Hari-hariku di tempat menghafal itupun berlangsung dengan penuh suka duka. Ada kalanya aku kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an karena ayatnya cukup panjang bagiku. Akan tetapi, kakak-kakak yang lain terlihat mudah sekali menghafalkan ayat itu. Tak semulus belajar menghafal yang sama persis seperti yang kuinginkan, yang akan penuh dalam segala kemudahan dalam menghafalnya, ternyata tidak. Kesulitan dalam menghafalpun seringkali kurasakan. Tambah lagi aku masih TK, belum terlalu pandai dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Sudah empat tahun berlalu semenjak aku diajarkan menghafal disertai irama-irama yang indah. Dan yang membuat aku lebih bahagia adalah, saat aku duduk di bangku kelas empat SD ini, aku sudah menghafal seluruh surat dalam juz tiga puluh secara sempurna. Lama? Mungkin iya. Aku termasuk tipe orang yang kurang pandai dalam menghafal Al-Qur’an. Sering terjadi saat aku menghafal Al-Qur’an, belum berjalan selama beberapa jam, hafalanku akan surat itu hilang sudah. Guruku bilang, itu adalah suatu hal yang wajar. Karena Allah ingin menguji kita, seberapa seringkah kita akan mengulang hafalan Al-Qur’an yang telah kita hafalkan. Dan pada saat itupula, guruku berpesan kepadaku, agar selalu mengulang hafalanku setelah sholat maghrib, dan berdo’a kepada Allah sebagai penguasa alam, agar dimudahkan dalam mengulang kembali hafalan yang sudah kuhafalkan. Katanya, itu adalah salah satu bentuk ikhtiar. Aku tidak mengetahui apa itu ikhitiar, yang jelas, aku harus selalu mengulang hafalan, dan berdo’a kepada Allah agar dimudahkan dalam mengulang hafalan.


Rintangan demi rintangan sudah kulalui sebagai penghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an mengajarkanku tentang banyak hal. Mulai dari bagaimana cara bersabar untuk mengahadapi masalah-masalah yang telah menunggu, yang pasti akan mengganggu konsentrasiku dalam menghafalkan Al-Qur’an, maupun mengulangnya. Juga bagaimana agar aku bisa istiqomah dalam menghafal, dan mengulang kembali hafalan ayat-ayat suci yang telah kuhafalkan. Dari menghafal Al-Qur’an pun aku diajarkan untuk bersikap hati-hati. Al-Qur’an di firmankan oleh Allah menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab selalu meiliki kesensitifan dalam melafalkannya. Karena bila makhroj maupun mad-nya satu saja berubah, arti ayat yang semula baik itu bisa menjadi tidak baik lagi. Menghafal Al-qur’an tidak hanya mengajarkanku tentang tiga hal itu saja, masih banyak manfaat-manfaat yang terselubung saat aku menghafalkan Al-Qur’an. Seperti tidak mudah putus asa, selalu semangat dalam menghafal, selalu tersenyum dan berlapang dada bagaimana pun kondisiku saat aku menghafal Al-Qur’an kala itu


Beranjak dari masa-kemasa, aku jadi lebih paham tentang Al-Qur’an. Aku mulai belajar untuk memaknai tiap-tiap ayat Al-Qur’an yang kuhafal. Karena sejatinya, Al-Qur’an tidak hanya untuk dihafalkan, namun juga sebagai pedoman hidup. Al-Qur’an layaknya sebuah buku manual untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan tentang bagaimana caranya agar kita bisa hidup aman. Bagaimana agar hidup kita beguna bagi orang lain, bagaimana agar hidup kita lebih berharga untuk menuntun kita menuju syurga-nya Allah. Al-Qur’an juga bisa kita jadikan sebagai buku pedoman untuk mencari solusi darai setiap masalah yang Allah SWT timpakan kepada Hamba-Nya. Dan semua solusi tersebut sudah tertera dengan jelas di dalam Al-Qur’an. Itu menjadi acuanku untuk yang kedua kalinya dalam menghafal Al-Qur’an.

Kini, aku masih duduk dibangku kelas 8 Tsanawiyah. Di malam yang tengah cerah dihiasi beribu bintang, aku seakan flashback tentang memori indahku bersama Al-Qur’an. Memori dimana aku untuk pertama kalinya mengenal, membaca, sampai menghafal Al-Qur’an. Masa-masa indah yang kulewati bersama Al-Qur’an. Dan kini, aku masih setia dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an sudah kuanggap sebagai buku terpenting dalam hidupku. Tak akan sanggup rasanya untuk tidak membawanya turut serta dalam kegiatanku.

Kurasa, memori indah ini tak akan ada ujungnya bila kuceritakan semuanya. Biarlah suatu saat nanti, memori indah ini akan diputar oleh Allah di akhirat kelak. Biarlah Allah yang memutarkan kisahku bersama Al-Quran, kitab yang Allah titipkan pada setiap umat islam. Kisah hidupku dengan Al-Qur’an. Belajar menghafal, yang tak akan semudah berkedip.



Posting Komentar

0 Komentar