CATATAN EKSPEDISI BLUE FIRE

CATATAN EKSPEDISI BLUE FIRE

Catatan perjalanan Royyan Paice S. (Nurun-Najm)




29 April, 2019, tanggal yang akan selalu terkenang. Tanggal bersejarah bagi kami, jiwa-jiwa muda, yang menyadari bahwa yang kami rasakan sebagai akhir saat ini, sebetulnya adalah titik awal bagi petualangan baru yang sebentar lagi akan dimulai. Kami, Nuurun-Najm, angkatan 2 Madrasah Alam Sayang Ibu, bersepakat menorehkan kenangan di akhir masa Tsanawiyah dengan melakukan perjalanan ke tanah Jawa. Dengan bangga kami menamai perjalanan ini “Ekspedisi Blue Fire”.


Tim Ekspedisi di Kawah Ijen

Ekspedisi Blue Fire sudah masuk dalam rencana kami setahun sebelumnya. Guru-guru di Madrasah menantang kami menggelar perpisahan angkatan yang "berbeda". Kami sepakat. Tiga tahun yang kami lalui bukanlah tiga tahun yang bisa, sangat sayang jika kami akhiri hanya dengan acara makan-makan dan foto bersama. Setahun terakhir kami mengumpukan pundi-pundi, diskusi di sela-sela waktu luang, tak jarang dibumbui debat. Akhirnya pada diskusi terahir selepas ujian nasional, kami menyatakan siap. Bermodal izin orangtua, ransel, uang secukupnya, dan keyakinan dalam hati, kami memulai perjalanan.

Kami menuju pelabuhan Lembar dan menaiki kapal. Tak disangka, salah satu fuso tersendat dengan ban bermasalah di atas rolling door. Beruntunglah hal itu cepat teratasi dengan cekatannya beberapa petugas pelabuhan serta sopir fuso tersebut. Perjalanan selama 6 jam kami lalui dengan berfoto bersama, saling bertukar cerita, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Sesampainya di pelabuhan Padang Bai, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Gilimanuk. Di tengah perjalanan, kami memutuskan untuk mampir di rumah makan yang Jawa Bony, Tabanan, sembari sholat Subuh. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan.

di pantai kita santai :D


Kami tiba di pelabuhan Gilimanuk pada pukul 11:30 WIB. Fuso kami yang seharusnya masuk bersamaan dalam satu kapal malah terpisah, karena itulah kami memutuskan untuk berkumpul di masjid yang berada di depan pelabuhan Ketapang untuk istirahat sejenak sambil menjamak sholat Zuhur dan Ashar.

Selasa siang perjalanan kami menyambangi beberapa titik wisata Banyuwangi dimulai.

Hal pertama yang kami lakukan adalah menempatkan barang-barang di homestay dan mempersiapkan diri menuju pilihan pertama dalam daftar destinasi kami: Gunung Ijen. Menuju TWA Gunung Ijen, kami melewati perkampungan penduduk, menikmati hijau pepohonan yang memanjakan mata sepanjang perjalanan. Indah sekali.
Sesampainya di area TWA Gunung Ijen, kami menyantap makan siang, mendirikan tenda dan menyiapkan perlengkapan mendaki.

"NUURUN NAJM, GOOD TO BE BETTER TO BE BEST YES!" 
Kami menutup acara briefing dengan yel-yel penuh semangat. Kami sampai di TWA Gunung Ijen pada pukul 15:10 WIB, saat itu suhu mencapai 16° celcius, hawa dingin dengan selimut kabut yang tebal. Sedangkan di area mendirikan tenda pada pukul 17:19 WIB mencapai 9° celcius. Kami turun kembali menuju area TWA untuk menjamak shalat Maghrib dan Isya' serta makan malam.

Pada pukul 18:22 WIB, udara semakin dingin dan kabut semakin tebal membuat kami berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan badan. Kami menyantap makan malam dengan lahap bersama Tung, turis asal China yang bergabung dengan rombongan kami. Kami memutuskan untuk kembali ke tenda setelah puas bercakap-cakap dan minum kopi panas.

Kami menyempatkan diri untuk tidur di tenda sembari menunggu palang jalur pendakian dibuka. Sebelumnya kami mengadakan briefing untuk kedua kalinya dan pada pukul 00:49 WIB kami dibangunkan untuk menyiapkan diri sebelum pendakian.

Tepat pukul 01:00 WIB kami mantap menjejakkan kaki menapaki jalur pendakian menuju puncak Gunung Ijen. Kami mendapatkan berita bahwa seminggu yang lalu seorang guide meninggal di tempat karena asap belerang dan arah angin yang tiba-tiba berubah. Tetapi hal itu tidak membuat asa kami surut.

Sepanjang pendakian kami saling menyemangati, menarik teman yang lain dengan tongkat, bergantian membawa perbekalan dan istirahat di beberapa pos sebanyak 3 kali. Rombongan kami adalah yang pertama mencapai puncak dengan ketinggian 2386 mdpl dengan suhu 4° celcius pada pukul 03:14.

Aroma asap belerang mulai menerobos masuk indra pernapasan kami. Anggota rombongan yang laki-laki turun menuju Kawah Ijen untuk melihat blue fire. Fakta menarik lainnya yang kami dapatkan adalah blue fire hanya terdapat di 2 negara, Belgia dan Indonesia.

Perjalanan menuruni Kawah Ijen memakan waktu hingga 1 jam dengan taruhan nyawa. Teman kami, Ihsan, sempat terpeleset 2 kali di tengah-tengah licinnya bebatuan Kawah Ijen dan Pak Imam dengan sigap menahannya. Saat di dasar kawah, asap belerang membuat mata terasa pedih hingga membuat air mata keluar. Puas berfoto ria anggota rombongan laki-laki kembali menaiki puncak dan memakan waktu 1 jam lagi.

Sementara menghabiskan waktu hingga anggota rombongan laki-laki kembali berada di puncak, anggota rombongan perempuan menghangatkan diri dengan kompor portable, tidur, mengambil foto dan saling berpelukan untuk mengusir suhu dingin.
Saat rombongan laki-laki sampai kembali di puncak, kami segera mengambil foto lagi dan merekam short video untuk menyemarakkan hari pendidikan nasional. Pada pukul 07:58 WIB kami kembali menapaki kaki di area tenda setelah berjuang turun melawan curamnya jalur pendakian, kabut dan asap belerang untuk kedua kalinya.

Kami segera membereskan perlengkapan dan pergi menuju destinasi kedua dalam ekspedisi kali ini, air terjun Gianjar. Sebagian memutuskan untuk memuaskan diri bermain air dan sebagian lainnya bersantai di tepi air terjun. Setelahnya pun kami pulang kembali menuju homestay yang terletak di tengah persawahan di daerah Karangasem.

Sisa waktu selanjutnya kami habiskan dengan shalat, makan, mandi, diskusi dan istirahat. Menyiapkan diri untuk hari esok yang terasa melelahkan namun menyenangkan, sama seperti hari-hari sebelumnya. Pagi-pagi sekali, kami sudah siap dengan mengenakan baju angkatan bertuliskan "three years full with sweat and tears". Iya, penanda 3 tahun kami yang penuh tantangan. Hari Kamis, pukul 08:55 WIB kami berangkat menuju menuju titik selanjutnya, Taman Nasional Baluran, yang akan kami sambangi menggunakan 2 buah angkutan kota.


Kami mengisi perjalanan menuju Taman Nasional Baluran dengan bernyanyi dan bermain. Tak terasa 1 jam kemudian kami akhirnya tiba di tujuan. Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli es krim dan berfoto, lalu kami berjalan kaki menuju mangrove trail dan pantai Bama.

Sofia, Alif, Ozza, Dini, Salma, Royyan, Alfi dan Ashari bermain ayunan bersama saat berada di pantai Bama. Sedangkan Thio, Ihsan, Miss Yana, Ona, Nisa dan Miftah sibuk mengabadikan peristiwa di pantai Bama. Sesaat setelahnya Ketua angkatan kami, Athallah tidak sengaja terjatuh di muara. Kejadian itu mengambil alih fokus kami dan membuat kami refleks tertawa terbahak-bahak melihat penampilan dan raut wajah Athallah.

Setelah Athallah membersihkan diri, kami bersantai sebentar di sebuah warung yang terletak di area parkir. Kami kembali menemukan kejadian lucu lainnya di sana. Saat Alfi tengah asyik melahap lalapan pesanannya, seekor monyet mendekat, Ozza yang sadar akan keberadaan monyet itu berteriak kepada Alfi. Kaget, Alfi justru menghindar dan membiarkan monyet tadi mengambil lalapannya dengan muka pasrah, kami kembali tertawa terbahak-bahak.

Tak terasa waktu Zuhur tiba, kami mengambil air wudhu serta menyegerakan sholat Zuhur dan menjamaknya dengan shalat Ashar. Mengejar waktu, kami menaiki angkot dan kembali menuju homestay terburu-buru, sehingga spanduk ekspedisi sempat tertinggal di pantai Bama dan kami kembali untuk mengambilnya.

Alvin tiba-tiba terserang demam saat kami tiba di homestay, otomatis rencana kepulangan kami ditunda hingga Jum'at pagi. Malamnya, kami putuskan untuk dihabiskan dengan mandi, shalat, makan, menonton tv, dan berdiskusi kembali mengenai beberapa hal, lalu istirahat untuk mengisi energi.

Jum'at pagi, pada pukul 06:40 WIB kami berangkat menuju stasiun Karangasem untuk menaiki kereta menuju stasiun Pandanwangi. Kami menunggu hingga pukul 07:45 untuk menaiki kereta dari stasiun Karangasem hingga kemudian sampai 20 menit kemudian di stasiun Pandanwangi. Opang mendapatkan kursi di gerbong eko-1 sehingga terpisah dari rombongan kami yang berada di gerbong eko-2.

Dari stasiun Pandanwangi kami berjalan kaki beberapa meter ke arah pelabuhan Ketapang untuk menyebrang menuju pelabuhan Gilimanuk. Pak Imam segera mengurus tiket kapal sehingga kami dapat menyebrang dan sampai di pelabuhan Gilimanuk 45 menit kemudian. Setibanya di pelabuhan Gilimanuk, kami menuju salah satu rest area sembari menunggu travel datang.

Travel datang dan kami pun terpisah menjadi dua rombongan. Travel pertama didominasi oleh perempuan dengan beberapa anak laki-laki. Travel kedua diisi oleh anak laki-laki. Perjalanan kali ini membutuhkan waktu 10 jam dikarenakan kami melewati pedesaan dan mampir di pusat oleh-oleh terbesar di Bali, Krisna.

Ekspedisi Blue Fire berakhir sudah. Enam hari bertualang bersama, menutup 3 tahun kebersamaan menuntut ilmu di MSI. Entah kenapa, aku merasa petualangan ini semacam briefing singkat dari Pemilik Semesta, karena setelah ini, akan banyak petualangan-petualangan lain yang menanti.

“Let’s thank Allah for each and every one of us, for being brothers and sisters, through thick and thin. Let’s thank Allah our paths crossed. Let’s keep each other in prayer. Let’s grow in our very own way to be the best version of ourselves.”



Posting Komentar

0 Komentar