Catatan Pertikawan 2019: Pramuka untuk Lingkungan

Athallah bersama perwakilan Pertikawan MSI 
Saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pertikawan 2019 mewakili provinsi NTB. NTB diwakili oleh tiga kabupaten dan satu kota dengan jumlah peserta 58 orang. Perjalanan dimulai dari Kamis malam tanggal 14 November 2019 menggunakan bus Safari Dharma Raya, Dalam perjalanan menuju Cibubur, Jakarta Timur kami melewati beberapa provinsi, yaitu Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Alhamdulillah kami tiba di Jakarta dua hari sebelum pembukaan yang akan dilakukan pada 18 November. Kegiatan di hari itu masih bebas. Kami mendirikan tenda. Beberapa lainnya mencuci baju, menjemur baju, dan merapikan barang bawaan. Sore dan malam hari kami gunakan untuk berjalan-jalan guna mengenali lokasi sambil berkenalan dengan teman-teman dari daerah lain. Kami juga sempat mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan untuk menyiapkan keperluan perkemahan.

Pertikawan adalah perkemahan Saka Kalpataru dan Wanabakti Nasional. Kegiatan ini diadakan lima tahun sekali yang diadakan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka bekerjasama dengan dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup. Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat generasi generasi muda untuk menjaga alam.

Saka Wanabakti dan Kalpataru memiliki krida-krida yang berkaitan dengan alam. Saka Kalpataru memiliki tiga krida, yang pertama 3R (reduce, reuse, recycle) dengan tiga syarat kecakapan khusus yaitu komposting, daur ulang sampah, dan bank sampah. Kedua adalah krida perubahan iklim yang memiliki tiga syarat kecakapan khusus yaitu konservasi dan hemat air, hemat energi listrik, dan transportasi hijau. Ketiga adalah krida keanekaragaman hayati yang memiliki tiga syarat kecakapan khusus yaitu pelestari sumber daya genetik, pelestari ekosistem, dan jasa lingkungan.

Saka Wanabakti memiliki empat Krida yaitu Krida Tatawana, Gunawana, Bina Wana, dan Reksa Wana. Krida Tata Wana memiliki tiga syarat kecakapan khusus yaitu risalah hutan, pengukuran dan pemetaan hutan, dan penginderaan jauh. Krida Gunawan memiliki enam cara syarat kecakapan khusus yaitu pengenalan jenis pohon, pencacahan pohon, pengukuran kayu, kerajinan hasil hutan, pengolahan hasil hutan, penyulingan minyak atsiri. Krida Bina Wana memiliki tujuh syarat kecakapan khusus yaitu konservasi tanah dan air, pembenihan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan, perlebahan, budidaya jamur, dan pesuteraan alam. Krida Reksa Wana memiliki tiga belas syarat kecakapan khusus yaitu keragaman hayati, konservasi tanaman, perlindungan hutan, konservasi Jenis satwa, konservasi jenis tumbuhan, pemanduan, penelusuran gua, pendakian, pengendalian kebakaran hutan, pengamatan satwa, pengendalian perburuan, pembudidayaan tumbuhan, dan penangkaran satwa. Kedua Saka tersebut berkaitan tentang visi misi pemerintah untuk menjaga atau melestarikan alam.

Ada yang ganjil pada acara pembukaan Pertikawan 2019 lalu. Sampah plastik berserakan di mana-mana. Sangat bertentangan dengan tujuan kegiatan yang diadakan di lokasi, Saka Wanabakti dan Saka Kalpataru. Keduanya identik dengan menjaga kelestarian hutan dan alam.
Bersama dengan beberapa orang peserta dari Lombok Barat, kami bergerak memunguti sampah yang berserakan di lapangan. Tak lama berselang, peserta lain ikut serta membersihkan, hingga keadaan lapangan kembali bersih.

Bukankah seharusnya kepedulian ditunjukkan dengan aksi? Semoga setelah peristiwa tadi semua peserta terbangun kesadarannya untuk lebih peka sekitar dan bergerak tanpa menunggu perintah.

Athallah dan kawan-kawan memulai aksi pungut sampah di lokasi Pertikawan

Setelah acara pembukaan diadakan pesta kuliner dari seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah mengenalkan kuliner masing-masing dan bebas menyantap makanan yang tersedia. Ada juga pameran dari Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, dan PLN. Di setiap stand terdapat kuis yang jika kita menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah. Ada baju, gelas, tumbler, piring, dan payung. Bukan hanya hadiahnya saja yang kami incar tetapi banyak ilmu yang kami dapatkan dari setiap pameran contohnya dari pameran dinas lingkungan hidup tentang bagaimana cara kami menjaga hutan, mengolah sampah, melestarikan hewan, dan lain-lain.

Dalam kegiatan pertikawan terdapat sub-camp. Kegiatan sub-camp ini adalah kegiatan berkemah di luar bumi perkemahan (sentra). Ada beberapa lokasi sub-camp: Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Saya mendapatkan sub-camp di Kepulauan Seribu tepatnya di pulau Karya dan Pramuka yang berlokasi DKI Jakarta, Kepulauan Seribu memiliki seratus sepuluh pulau, dimana pulau Pramuka sebagai pusat pemerintahan.

PENGALAMAN SUB-CAMP

Kami membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menyeberang ke Pulau Karya melalui Pelabuhan Marina Ancol Jakarta Utara. Sesampainya di Pulau karya kami langsung diarahkan oleh panitia menuju asrama polisi untuk menaruh barang-barang. Setelah itu diadakan upacara pembukaan perkemahan dan penyambutan oleh masyarakat Kepulauan Seribu dengan menampilkan tarian, Setelah makan siang kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan tentang bagaimana inovasi atau teknologi yang kami usulkan untuk menjaga atau melestarikan alam. Sore hari kami diajak berkeliling Kepulauan Seribu menggunakan perahu untuk melihat flora dan fauna di sekitaran Kepulauan Seribu. Setelah makan malam, kami berkesempatan berjumpa Bupati Kepulauan Seribu dan beberapa tokoh masyarakat yang mengajak kami berdisuksi seputar pengelolaan sampah. Acara dilanjutkan dengan unggun, bernyanyi bersama, kompetisi yel-yel, membakar ikan, ubi, dan jagung. Selepas keseruan malam itu kami langsung kembali ke asrama untuk beristirahat malam.

Memasak untuk anggota tim lainnya

Esok paginya kami langsung diberangkatkan menuju Pulau Pramuka menggunakan perahu dengan waktu tempuh kurang lebih tiga puluh menit, Sesampainya di Pulau Pramuka kami melihat banyak biota laut yang dibudidayakan di dermaga. Disana kami juga mendengarkan materi tentang pengolahan sampah organik di Kepulauan Seribu.

Bupati membuat pasukan khusus yang bertugas membersihkan dan mengolah sampah yang ada di Kepulauan Seribu. Ada tong-tong komposter yang dilabeli sesuai hari, jadi warga hanya boleh mengisi tong komposter sesuai hari. Setelah penyampaian materi selesai, kami diarahkan menuju bank sampah pulau Pramuka. Kami diajari cara memilah sampah plastik, menimbang sampah plastik, dan bagaimana cara untuk mengolah menjadi bahan kerajinan.

Pertikawan 2019
Setelah itu kami diajak untuk pergi ke dalam hutan bakau. Di hutan bakau kami mendapat materi tentang bagaimana fungsi hutan bakau, bagaimana cara menanam bakau, dan bagaimana cara memelihara bakau. Setelah itu kami diberi kesempatan untuk menanam pohon bakau secara di pulau Pramuka. Kegiatan berikutnya adalah pelepasan penyu. Ternyata masih banyak penyu yang mau bertelur di kepulauan Seribu karena ekosistemnya yang masih terjaga.

Berikutnya, kami diajak ke pasar seni untuk melihat-lihat kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat Kepulauan Seribu. Kami juga mendapatkan penjelasan tentang pulau Pramuka. Pulau ini disebut pulau pramuka karena pernah menjadi tempat pelaksanaan jambore nasional. Acara berikutnya adalah penampilan seni daerah.

Kegiatan masih berlanjut. Keesokan paginya kami mendapat materi dari Dinas Kehutanan tentang pembudidayaan Rusa Timur dan Jamur. Hari itu juga saya mendapat tugas memasak untuk teman-teman, jadi saya memasak natura yang diberikan oleh panitia dengan kondisi masih mentah. Sore hari kami mengikuti kuis yang diadakan oleh pelaksana pameran dan mendapatkan hadiah. Di hari terakhir panitia mengadakan festival Car Free Day. Banyak peserta yang menggunakan pakaian adat, dan busana berbahan limbah plastik yang didaur ulang. Festival dimulai dari kantor Bawaslu sampai Monas. Melalui festival itu kami juga bisa mengenalkan budaya kepada masyarakat Jakarta. Acara dilanjutkan dengan color fun. Seluruh peserta berkumpul di lapangan utama dan dihibur oleh penampilan artis-artis ibu kota. Kegiatan berakhir di malam hari dan ditutup oleh wakil Menteri Lingkungan Hidup.
Pramuka siap!

Hal menarik lainnya adalah logo kegiatan Pertikawan 2019 yaitu burung celepuk yang berasal dari Pulau biak, Papua. Logo ini melambangkan kekayaan satwa Indonesia. Ditambah dengan slogan kegiatan “melestarikan alam dan menyejahterakan masyarakat” maka kegiatan ini menjadi contoh nyata bahwa gerakan Pramuka adalah salah satu solusi untuk membangun kesadaran lingkungan.

Saya berharap dapat meneruskan semangat yang saya dapat dari kegiatan Pertikawan 2019 di rumah, di sekolah, dan lingkungan sekitar. Salam Pramuka!

Posting Komentar

0 Komentar