Rekam Jejak Kegiatan Pertikawan Nasional 2019
Oleh: Sri hilmayatiPertikawan nasional merupakan perkemahan bakhti yang memberikan wadah kegiatatn bagi pramuka penegak dan pandega anggota saka kalpataru dan saka wanaqbakhti dalam upaya meningkatkan kemampuan keterampilan secara khusus suatu bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Tujuan kegiatan ini adalah sebagaia wadah mengaplikasikan keterampilan dan memberikan kecakapan bagi anggota satuan karya bakhti pramuka kalpataru dan wanabakhti. Dalam pelaksanaannya, pertikawan Nasional 2019 melakukan berbagai aktivitas bersifat kreatif, produktif, edukatif, inovatif dan rekreatif.
Jumlah keseluruhan peserta dari berbagai daerah adalah kurang lebih sebanyak 2000 peserta. Perwakilan dari Nusa Tenggara Barat adalah 58 orang. Kami menjadi utusan kwarda cabang Lombok Barat, berjumlahkan 17 orang beserta bidamping kami.
Persiapan Keberangkatan
Kamis, 14 November 2019
Kemarin malam, kami diinstruksikan untuk berkumpul di Buper Jaka Mandala Mataram. Disana kami mengadakan pelepasan bersama bapak Direktur Lembaga Sayang Ibu, juga dengan ketua Pinsaka Wanabakhti. Direktur kami berpesan agar kami selalu menjaga kesehatan, meniatkan segala hal yang kami lakukan untuk niat ibadah, dan tentunya mengingatkan kami bahwa, kami harus menjaga nama baik Nusa Tenggara Barat. Proses pelepasan seluruh peserta kontingen NTB dipimpin oleh ketua pimpinan KLHK NTB. Beliau berpesan untuk memanfaatakan waktu dalam setiap kegiatan dalam perkemahan ini untuk mencari dan memperbanyak ilmu pengetahuan. agar saat kami kembali dari perkemahan ini, kami mampu berbakti, atau mengamalkannya di daerah kami sendiri.
Kami mendapat pemaparan materi umum tentang kegiatan pertikawan Nasional 2019 oleh Kanda Yunani. Menjelang siang, sekitar pukul 10.45, kami kembali pulang untuk melengkapi perlengkapan yang akan kami bawa. Sebelum pulang, kanda Yunani, menginfokan untuk kembali ke Jaka Mandala sebelum Sholat Ashar. Tepat pukul 08.00 Wita, kami berangkat menuju pelabuhan Lembar. Setelah “melaut” selama kurang lebih 4 jam, kami akhirnya tiba di Bali.
Pemaparan materi umum tentang kegiatan pertikawan Nasional 2019 oleh Kanda Yunani |
Jumat, 15 November 2019
Perjalanan kami cukup melelahkan. Kami turun bis hanya untuk makan dan sholat saja, selebihnya kami bercanda dan beristirahat di dalam bis. Sholat kami jama’ mengikuti jadwal makan. Kami sampai di Gili Manuk sore hari dan langsung mendapat shift untuk masuk ke dalam kapal. Sholat ashar kami lakukan di atas kapal. Satu jam berlayar, kami akhirnya tiba di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Kami melanjutkan perjalanan dari Banyuwangi hingga ke Cibubur, dengan suasana yang sama. Menikmati waktu di dalam bis. Tak terasa, kami tiba di Bumi Perkemahan dan Taman Wisata Cibubur, Jakarta Timur.
Sabtu, 16 November 2019
Kontingen kami sangat rajin, bisa dikatakan begitu. Kami datang dua hari sebelum kegiatan di mulai. Kegiatan dilaksanakan hari senin, sedangkan kami datang hari Sabtu pagi. Akhirnya kami membangun tenda sementara.
Untung saja di daerah perkemahan sementara ini tersedia kamar mandi yang cukup banyak. Dengan gesit kami berebut kamar mandi untuk membersihkan daki yang menempel selama 2 hari ditubuh kami. Selagi menunggu giliran, sebagian dari kami merapikan barang-barang, baik itu pribadi ataupun kelompok. Senang rasanya kami sudah tiba disini, menikmati satu-satunya wilayah yang hijau di ibukota.
Waktu makan siang tiba. Kami mengeluarkan lauk yang kami bawa dari Lombok dan membeli bungkusan nasi dan sambal di warung. Hemat tapi rasanya sungguh nikmat.
Kami juga menyempatkan diri untuk mencuci. Matahari yang panas mampu mengeringkan baju kami hanya dalam waktu setengah hari.
Minggu, 17 November 2019
Pagi ini kami kedatangan tetangga baru dari Maluku, Sulawesi barat. Mereka membangun tenda tepat di sebelah kami. Awalnya kami malu-malu ingin saling menyapa, namun bidamping kami mengajarkan untuk tetap ramah. Akhirnya kami memberanikan diri untuk mendekati mereka dan mulai bercanda tawa bersama. Untung saja mereka membawa gitar yang membuat kami makin akrab.
Kami akhirnya memilih untuk mejelajahi bumi perkemahan ini. Tidak jauh dari perkemahan kami, kami bertemu dengan teman-teman yang akan tampil atraksi saat pembukaan nanti. Kami berbincang sambil bertukar informasi tentang daerah kami.
Keseruan kami bernyanyi bersama dengan peserta dari kontiungen Maluku |
Selama dua hari kami tidak melakukan kegiatan apapun. Untung saja bidamping kami mau membantu untuk mengurus letak perkemahan yang akan kami tempatkan. Siang harinya kami mendapat info tempat kami membangun perkemahan. Yakni Kecamatan jati, Kelurahan Rasa Mala, RT 1, RW 2, nomor kavling 2212. Kami tidak ingin berlama-lama diatas perkemahan sementara kami, dan langsung membawa semua perlengkapan kami.
Pre-Kegiatan
Senin, 18 november 2019
Hari senin kami masih belum melaksanakan kegiatan. Hari ini adalah hari terakhir kedatangan peserta, sekaligus waktu persiapan bagi seluruh peserta untuk menerima fasilitas yang akan kami dapatkan, seperti natura dan KIT.
Seharusnya hari Senin, seluruh peserta mendaptkan KIT masing-masing, namun beberapa anggota kontingen kami telat membayar camp fee. Untuk kemaslahatan bersama, pinkonda kami memutuskan untuk tidak mengambil sebagian yang sudah dibayar. Senin siang, kami sudah mendapatkan kupon untuk natura kami. Kami sangat bersyukur memiliki pendamping yang sangat sigap membantu, namanya kak Ema.
Seluruh peserta mulai memadati tempat perkemahan. Setiap kavlingan memiliki ciri khas yang mereka tunjukkan pada tiap-tiap gapura, terkecuali beberapa sanggah, termasuk sanggah kami. Disamping kanan sanggah kami, ada kontingen Lampung. Mereka memiliki tanda dengan spanduk yang mereka ikatkan pada gapura mereka. Dan beberapa hiasan di pagarnya. Di samping kiri kami, ada kontingen dari Jawa Timur, mereka membangun sebuah gapura cantik bercorak susunan bata, tepat di depan pagar, mereka menempatkan tulisan dari mana asal mereka.
Timbul rasa minder kami, karena tidak memiliki spanduk ataupun triplek yang akan kami gambar. Akhirnya, Kanda Yunani membantu kami untuk menghias sanggah kami seadanya saja. Yang penting kami memiliki pagar dan pintu masuk ke dalam sanggah.
Berfoto bersama di depan gapura sanggah kempi 2 Lombok Barat |
Selasa, 19 november 2019
Upacara apel pembukaan kegiatan pertikawan Nasional 2019 diikuti oleh seluruh peserta. Kegiatan ini sangat meriah, walau kami merasa sangat kepanasan berjemur selama 1 jam lebih menghadap sang mentari. Dengan khidmat, Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan resmi membuka kegiatan ini. Kemeriahan upacara pembukaan kembali terasa ketika seluruh peserta mempersembahkan sebuah paper mob yang memperlihatkan beberapa gambar ataupun logo. Seperti lambang/logo KLHK, saka wana bakhti dan kalpataru, dan tentunya logo pertikawan 2019, yakni si Cebi.
Setelah peserta bubar, kami diberi waktu utnuk istirahat dan makan siang di sanggah masing-masing. Setelah sholat Dzuhur saya ditunjuk sebagai perwakilan NTB untuk ajang mendesign poster di atas gentong biru. Giat prestasi ini bertemakan “Pramuka Pembela Bumi”. Saya dan satu teman saya dari Kwarcab Lombok tengah, kaget dengan giat prestasi ini. Kami belum memiliki persiapan sama sekali. Partner lomba saya bersama temannya pergi ke supermarket untuk membeli perlengkapan lukis, sementara saya menunggu di area lomba. Saya khawatir, beberapa panitia menanyakan dimana patrner saya. Kami hampir saja di diskualifikasi.
Saya hampir putus asa, saya sudah beberapa kali menelpon patner saya. Dengan jawaban yang sama, dia masih mencari kuas. Saya teringat ada teman yang bisa melukis juga. Saya memanggilnya untuk mengelabui panitia agar kami tidak didiskualifikasi. Dia datang dan mulai membantu dan berlagak seperti partner saya, saya sedikit tergelitik melihatnya.
Lebih menyedihkan lagi, kami tidak memiliki kuas walau sebiji. Karena kasihan, teman disebelah saya memberikan kuasnya untuk saya gunakan sementara. Saya masih bingung ingin melukis apa di gentong ini. saya memulainya dengan mengechat smua sisi gentong dengan warna putih. Sampai akhirnya bebrapa menit kemudian, partner saya, Izza, datang dan membawa beberapa kuas. Saya bersyukur dia datang, dia sangat membantu. Kami mencurahkan kemampuan kami sambil berjalan memikirkan konsep poster kami. Lebih beruntung lagi, supporter kami setia memberi kami semangat. Setelah beberapa menit kami berhasil menyelesaikan poster.
Rabu, 20 November 2019
Pagi ini saya tidak memiliki kegiatan terjadwal. Kanda Yunani berpesan agar kami memilih utnuk mengambil atau mengikuti kegiatan orang lain saja. Namun, saya memilih untuk istirahat saja. Sekitar pukul 03.00 pagi, saya bangun bersama kak Ema untuk mempersiapkan sarapan teman-teman yang akan pergi subcamp dan harus berangkat pagi sekali. Ketika hari menjelang siang, kami mendapat info dari pimpinan kontingen daerah kami bahwa, kami sudah bisa mengambil KIT di ruang secretariat. Kanda kami menginstruksikan untuk ikut membantu mengambil KIT untuk seluruh anggota tim.
Siang hari adalah jadwal saya kurve. Setelah sholat zhuhur, saya membantu kak Ema untuk pergi mengambil natura. Secara umum, tugas kurve adalah membersihkan tenda, menyiapkan makan, dan memastikan semua hal di persinggahan aman. Setiap malamn kami mempunyai jadwal untuk berjumpa dengan tokoh dan menghadiri berbagai macam hiburan yang telah panitia siapkan.
Kamis, 21 november 2019
Hari ini saya sudah mulai untuk berkegiatan. Pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB saya terjadwal untuk mengikuti zona pos 4 (Planologi kehutanan dan Tata Lingkungan). Di zona ini kami diajarkan berbagai macam bentuk penutupan lahan yang terjadi di Indonesia. Penutupan lahan bisa berbentuk, hutan, pemukiman, bandara, pertambangan dan lain-lain.
Ingin rasanya saya bertanya, keterkaitan pasal penutupan lahan oleh sampah. Namun saya telat mengajukan tangan, hingga akhirnya sesi tanya jawab ditutup. Di sesi lain, diadakan ajang pertukaran budaya. Sesi pertama menyanyikan lagu khas daerah masing-masing. Tanpa berfikir panjang saya mengajukan tangan. Dengan sedikit gemetar saya menyanyikan lagu ‘Kadal Nongak Lek Kesambi’. Saya memaparkan makna dari lagu tersembut, hingga saya mendapatkan doorprize berupa tas dan tumbler.
Dini, salah satu teman saya dari sesama singgah tak mengira akan ada sesi tanya jawab lagi. Ketika pertanyaan dilempar, saya sangat semangat ingin menjawab, karena saya tahu jawabannya. Namun peraturannya berbeda, tidak boleh mendapat doorprize untuk kedua kali. Akhirnya saya membisiki jawaban kepada Dini. Jawabannya benar, dia mendapatkan doorprize yang sama dengan saya.
Adzan sudah berkumandang, kami kembali ke singgah untuk melaksanakan sholat dan menikmati makan siang kami. Saya masih punya jadwal lagi setelah sholat ini, yaitu mengikutipos mitigasi bencana. Mitigasi berarti kewaspadaan atau sikap berjaga-jaga terhadap bencana yang akan datang. saya memberanikan diri untuk bertanya dan berbagi kisah semasa terjadi gempa di Lombok. Ternyata nara sumber kami pernah ikut terjun membantu korban bencana. Seusai pos ditutup, saya kembali berdiskusi dengan para pemateri. Saya mempertanyakan soal ketidakteraturan musim yang ada di Lombok. Beberapa minggu lalu terjadi kekeringan, hingga saya mempertanyakan tindakan kami atas bencana tersebut. Kak Jery mengusulkan solusi pembuatan sistem biopori, sehingga ketika musim hujan tiba, air akan banyak tersimpan di lubang tersebut.
Jumat, 22 november 2019
Hari ini saya mendapat giliran untuk subcamp. Saya diberi jadwal subcamp 9; bumi Perkemahan Cimandala, kwartir cabang kabupaten Bogor. Peserta diwajibkan meggunakan seragam pramuka lengkap beserta scarf dan name tag yang telah dibagikan. Tujuannya agar kami mudah dikenali pada saat berkegiatan di luar tempat berkemah.
Peserta yang ikut subcamp dikumpulkan di lapangan utama untuk menunggu pembagian bis. Kami berbaris sesusai dengan subcamp kami. Jika kami berbaris di barisan yang tidak sesuai dengan subcamp kami, maka kami akan tertinggal. Selain ketepatan, nama kita juga sudah tertempel di kaca depan bis.
Pagi menjelang siang, sekitar pukul 10.45, kami turun di eco village Baraya, desa Bendungan. Eco village adalah pembanguan desa oleh segenap organisasi yang memanfaatkan ekosistem yang ada di desa ini. Organisasi ini sangat kreatif dalam memanfaatkan sungai yang mengalir tepat di depan rumah warga. Selain sebagai wadah pembudidayaan ikan, sungai ini juga membantu dalam pengolahan sampah organik bekas makanan, serta menjaga kesehatan lingkungan juga masyarakat. Saya menjadi terinspirasi karena telah melihat destinasi ini. Menurut saya destinasi ini sangat cocok untuk dicontoh dan diaplikasikan di tempat saya, desa Lingsar.
Di desa Bendungan, terdapat beberapa pos yang akan kami lalui. Saya termasuk di dalam regu putri 2. Pos pertama saya adalah pembahasan tentang pengolahan sampah organik sekaligus beberapa alternatifnya. Singkatnya pada pos pertama saya mendapatkan pelajaran bahwa ada cara mengolah sampah organic, yakni pengomposan dengan lubang biopori dan juga budidaya magot. Pengomposan dengan lubang biopori merupakan upaya untuk membuat pupuk dengan membuat lubang di tanah. Lubang ini berfungsi untuk tempat menaruh sampah organik. Selain kegunaannya untuk pembuatan atau penghancuran sampah organik, sistem ini juga mampu sebagai tempat penyimpanan atau penyerapan air sehingga cocok untuk daerah kering.
Sedangkan budidaya magot, seperti yang dipaparkan oleh narasumber, dengan magot akan menjadi lebih mudah untuk segi penghabisan sampah organik. Sesuai namanya, sesuatu yang kita budidayakan harus kita jaga dan rawat. Nama lain dari magot sendiri adalah lalat tentara hitam. Lalat ini hanya mampu bertahan hidup selama 7 hari. Jadi penjual magot pasti menjual pupa atau telur dari lalat ini. Jantan akan mati setelah ia bereproduksi sedangkan betina hidup selama 7 hari saja. Kemampuan magot menghabiskan sampah organik ini tiga kali lebih banyak dari ukuran tubuhnya. Contoh perbandingan, 1 kilogram larva magot mampu menghabiskan 3 kg sampah organik dalam jangka waktu 3-4 jam perhari. Berbeda dengan pengomposan biopori yang melakukan reaksi biologis selama 4-5 bulan. Larva magot sangat rakus dalam makanan.
Setelah dari pos pertama, saya dan regu putri 2 melanjutkan pos ke pos kedua. Singkatnya di pos kedua kami diajarkan bagaiman cara untuk melakukan stek pucuk suatu tumbuhan. Saya sangat tertarik dengan tumbuhan yang diujikan sebagai pohon tempat stek pucuk tersebut. Namanya alpukat cipedak. Nara sumber kami, pak basyir beserta temannya menyatakan bahwa tumbuhan ini sudah mendapat sertifikasi. Buah yang dihasilkan oleh tumbuhan ini bisa sebesar ukuran buah semangka. Pertumbuhannya pun cepat dan tidak mudah terkena oleh hama.
Kami terlambat tiba di desa wisata. Eksplorasi ditunda hingga setelah sholat Jumat. Setelah sholat dan makan siang, kami berangkat menuju bumi perkemahan Cimandala, kabupaten Bogor. Perjalanan menghabisakn waktu kurang lebih 30 menit. Akses jalan sedikit sempit untuk ukuran bis.
Setiba disana, kami mendapatkan waktu istirahat. Sore harinya kami melanjutkan bakti kami disana. Kami menanam pohon kelor pada lubang yang telah disediakan. Setelah itu kami bersiap untuk sholat maghrib dan makan malam. Malam hari kami melakukan sesi tanya jawab dan sharing pengetahuan di aula serba guna Buper Cimandala.
Sabtu, 23 november 2019
Pagi ini kami melakukan pemanasan sebelum mulai membersihkan area buper. Kami bertugas mengumpulkan sampah plastik di sekitar, termasuk sampah plastik yang sudah lama terkubur. Setelah mengeduk sampah plastik yang sudah lama terkubur. Setelah sarapan kami menuju bis masing-masing untuk keberangkatan ke Jungle Land.
Keseruan bersama teman-teman baru yang saya kenal belum beberapa jam. Kami berkeliling area Jungle Land bersama-sama. Menaiki wahana, berteriak bersama, lapar bersama, haus bersama, dan tentunya capek bersama. Rindu rasanya, walau moment itu hanya hitungan jam saja.
Minggu, 24 November 2019
Malam tadi, kami diinfokan untuk mempersiapkan diri untuk bangun pukul 03.00 wib. Seperti yang kita ketahui, keadaan Jakarta yang begitu padat, kami harus mengejar waktu agar dapat ikut dalam car free day di Monumen Nasional Jakarta.
Kami berangkat sekitar pukul 04.45 wib dalam keadaan mengantuk. Untung saja kami membawa perlengkapan make up agar terlihat lebih segar. Kami berbaris sesuai dengan asal daerah. Demi NTB, saya harus tetap semangat dan berusaha untuk tetap terlihat fit. Ketika kontingen kami dipanggil, saya bersorak keras.
Saya merasa seperti berada di Lombok pada siang hari, padahal masih pukul 08.00 wib. Panas sekali rasanya, selain itu saya dan beberapa teman saya yang lain menggunakan lambung berwarna hitam yang secara saintifik dikenal sebagai warna penyerap panas. Satu hal saja yang saya inginkan pada waktu itu, minum dan berteduh.
Rasanya saya sangat ingin mengeluh kepada panitia. Kami semua berpencar dan tidak ada komando sama sekali. Namun, saya berfikir dua kali, kasihan juga panitia. Umur mereka yang masih terbilang muda, kewalahan mengurusi 2000 orang yang terpencar di wilayah panas ini. akhirnya saya tidak berkata apapun, dan memilih mengikuti instruksi mereka. Walaupun saya merasa sudah tidak kuat dengan hawa panas Jakarta
Perjalanan Pulang
Kami terbangun sangat pagi. Sebelumnya, malam tadi kami sudah mempersiapkan barang-barang untuk kepulangan. Pagi harinya, bus sudah siap mengangkut kami. Tidak terasa kami sudah akan kembali ke Lombok lagi. Kami melambaikan tangan sebagai ucapan selamat tinggal kepada peserta lainnya padahal kami sama sekali tidak saling mengenal satu sama lain.
Di perjalanan kami melakukan hal yang sama seperti saat keberangkatan. Ada sedikit perbedaan dari sebelumnya, yakni keakraban kami dengan kwarcab lain. Saat keberangkatan, kami merasa masih berkubu/berkelompok. Sedangkan saat perjalanan pulang, kami berbaur satu sama lain, dan itu sangat seru.
Pelajaran
Terima kasih telah membaca rekam jejak saya. Masih banyak hal lagi yang belum saya ceritakan. Tulisan di atas hanyalah pemaparan umumny saja. Sangat banyak pengalaman yang saya dapatkan dari perkemahan bakti ini. Saya merasa lebih percaya diri, dan lebih memahami lingkungan sekitar. Saya sangat berharap dapat ikut kembali dalam kegiatan kepramukaan selanjutnya. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri, untuk berbakti dan bermanfaat bagi orang banyak dan lingkungan.
0 Komentar