Guna mendukung kegiatan Public Speaking yang dijalani oleh santri, Pesantren Alam Sayang Ibu mengundang sejumlah santri dari Pesantren Al-Muwahhidin Lelede. Kegiatan Public Speaking yang dimulai pada Jum'at, 31 Januari 2025 lalu juga disaksikan langsung oleh Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Dr. H. Jamaludin Abdullah, M. Ed serta Dr. Hj. Immy Suci Rohyani, M. Si selaku Direktur Pendidikan Pesantren Alam Sayang Ibu. Pimpinan Pesantren Al-Muwahhidin, TGH. Musleh Khalil, S.Ip, M.H bersama istri juga menyertai para santri di acara pembukaan kegiatan Public Speaking.
Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu bersama pimpinan dan santri Pesantren Al-Muwahhidin (Foto: PAMSI) |
Sebanyak enam santri Pesantren Al-Muwahhidin diundang sebagai pembicara pada kegiatan tersebut. Dua orang diantaranya menyampaikan pidato berbahasa Indonesia, dan masing-masing dua orang lainnya menyampaikan pidato berbahasa Inggris dan bahasa Arab.
Tidak hanya para santri, Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu dan Pimpinan Pesantren Al-Muwahhidin juga turut menjadi pembicara dalam acara Pembukaan Public Speaking tersebut. Keduanya berkesempatan memberikan motivasi kepada seluruh santri untuk menjadi seorang pembicara yang hebat.
![]() |
Nune Dende pada Public Speaking Akbar (Foto: PAMSI) |
Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Ustadz Jamaludin menceritakan cita-citanya di masa kecil yang ingin menjadi seorang penulis. Keinginan yang dicita-citakannya itu terwujud secara perlahan dan bertahap. Beliau mengungkapkan bahwa tulisannya pernha dimuat di salah satu majalah terbesar Indonesia, yaitu Panji Masyarakat, ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah.
Nune Pesantren Alam Sayang Ibu pada kegiatan Public Speaking Akbar (Foto: PAMSI) |
Tidak sampai di situ, tulisan Ustadz Jamaludin juga dimuat pada kolom Opini Kompas, koran terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Puncaknya beliau buku novelnya, yang bernuasa tafsir, diterbitkan oleh Mizan Group, sebuah penerbit buku-buku Islam paling bergensi.
Perjalanan panjang Ustadz Jamaludin menjadi seorang penulis kemudian membuatnya belajar menjadi seorang pembicara.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muwahhidin dan Pesantren Alam Sayang Ibu (Foto: PAMSI) |
Berbeda dengan Ustadz Jamaludin, TGH. Musleh Khalil justru memulai perjalanannya sebagai santri yang punya cita-cita untuk menjadi seorang pembicara hebat. Sejak duduk di kelas III TGH Musleh kagum dengan kakak kelasnya yang menjadi Bagian Informasi atau Qismul I'lan di Gontor. Bahkan juga mengagumi kakak kelasnya yang berprestasi dalam lomba pidato bahasa Arab.
Di tengah ceritanya menggapai cita-cita TGH Musleh berpesan kepada santri untuk membiasakan diri menyebut dan mengulangi cita-cita yang ingin digapai.
“Anak-anakku sekalian, biasakan menyebut dan mengulang-ulangi cita-cita. Kalo rumusnya itu minimal diulang 17 kali sehari, itulah doa," ujar TGH Musleh Khalil menjelaskan.
TGH Musleh Khalil bersama Ustadz Jamaludin Abdullah pada Public Speaking Akbar (Foto: PAMSI) |
Keinginan beliau untuk menjadi seorang pembicara besar dan hebat akhirnya membuat dirinya dikenal banyak orang saat ini. Menurut TGH Musleh, harapan di masa mendatang harus ditanamkan dalam diri agar selalu diikhtiarkan oleh pemilik mimpi. Cita-cita yang dikejar saat dewasa mesti dimulai dan dipupuk sejak dini.
"Jangan pernah mengatakan bahwa saya tidak mampu. Tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada hanya orang malas," pungkasnya menutup motivasi.*
![]() |
TGH Musleh Khalil memimpin doa penutup Public Speaking Akbar (Foto: PAMSI) |
*Humas & Media PAMSI
0 Komentar