Bule Asal Belgia Bersyahadat di Pesantren Alam Sayang Ibu

Pesantren Alam Sayang Ibu kedatangan seorang tamu asal Belgia.  Namanya Sarah Pauline Augerila Martinez. Ia tiba awal Ramadhan ini, bertepatan dengan awal Maret 2025. 

Bule asal Belgia resmi menjadi mualaf di Pesantren Alam Sayang Ibu (Foto: PAMSI) 

Sarah datang untuk mempelajari Islam lebih dalam dan ingin merasakan langsung hidup bersama komunitas muslim. “Saya ingin mengalami langsung suasana Ramdhan sambil mempelajari Islam,” katanya saat ngobrol di awal kedatangan.

Setelah dua pekan lamanya mengenal lebih jauh tentang Islam bersama Nune Dende dan para guru di Pesantren Alam Sayang Ibu, Sarah akhirnya memutuskan ingin segera bersyahadat. Ia merasa nyaman dan menerima Islam sebagai jalan hidupnya.  

Tentu perkenalannya dengan Islam bukan baru kemarin. “Ini sesungguhnya sebuah perjalanan panjang. Pertama sekali saya mengenal Islam dari pengungsi-pengungsi Afrika yang ditampung di rumah ibu saya di Belgia,” kata Sarah menuturkan sekelumit kisahnya. Dia terkesan dengan kekuatan batin para pengungsi itu.

Dia berkunjung ke berbagai negara. “Saya sudah banyak berjalan, mengunjungi berbagai negara. Saya bahkan pernah tinggal di hutan Amazon. Saya tinggal 2 tahunan di Bolivia,” lanjutnya.

Terakhir sebelum ke Indonesia, Sarah mengunjungi India. Ia tinggal di sebuah biara untuk beberapa waktu, mempelajari spiritualisme. “Sejak SMA saya mulai mempertanyakan berbagai hal. Saya resah. Saya selalu bertanya tentang tujuan hidup,” katanya menceritakan awal ketertarikannya pada dunia spiritual.

Belakangan setelah mempelajari berbagai kepercayaan Sarah merasa lebih cocok dengan Islam. Lalu seorang teman menganjurkannya ke Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. “Begitulah, saya kemudian menghubungi beberapa orang atau agen di Indonesia yang bisa menerima saya sebagai volutir,” kata perempuan yang berdarah campuran Spanyol dan Belgia ini.

“Semua yang saya hubungi memberi respon. Tapi jawaban dari Elyan yang membuat saya tertarik. Dia juga menunjukkan tawaran tempat yang saya akan tuju, Pesantren Alam Sayang Ibu,” kata bule yang menyelesaikan studi antropologinya di salah satu universitas di Inggris ini.

Demikianlah akhirnya Sarah memutuskan Lombok menjadi tujuan selanjutnya dari perjalanannya. “Saya suka karena dari website saya lihat sekolah yang akan saya tuju sangat alami. Banyak pepohonan,” katanya.

Sarah Pauline Augerila bersama Piminan dan Direktur Pendidikan Pesantren Alam Sayang Ibu (Foto: PAMSI) 

Singkat cerita, Sarah kemudian tiba di Sayang Ibu, dianter Mis Elyan dan suami. Demikialan, lalu Sabtu, 15 Ramadan 1446 kemarin, bertepatan dengan 15 Maret 2025 Sarah bersyahadat didepan para guru dan seluruh santri Pesantren Alam Sayang Ibu.

Dipandu oleh Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Ustadz Jamaluddin Abdullah, Sarah mengucapkan dua kalimat syahadat dan lancar dan penuh khusyu’.

"Hari ini adalah hari yang dipilih oleh Sarah, beliau berharap pada hari ketika bulan bulat sempurna, full-moon, beliau dapat mengucapkan syahadatain," ujar Ustadz Jamaluddin. 

Momen tersebut semakin bermakna karena dirangakai dengan perayaan Nuzulul Quran, buku yang sekarang menjadi bacaan favorit Sarah.

Alhamdulillah peristiwa penting ini juga dihadiri oleh Syeikh asal Palestina, Murod Umar. Beliau turut menjadi saksi keislaman Sarah. Hadir juga pada saat itu Bunda Immy Suci Rohyani, M. Si, Direktur Pendidikan Pesantren, TGH Sidiq,  Ustadz Sanusi dan utusan resmi dari KUA Lingsar. 

Sarah usai bersyahadat dan resmi menjadi mualaf (Foto: PAMSI)

*

Perjalanan Sarah mencari cahaya Ilahi tidak sebentar. Ia mengaku sempat mendatangi Negara India untuk mempelajari agama lain. 

Dia berkenalan dengan Islam pertama kali dari para imigram Somalia yang ditampung di rumah orang tuanya di Belgia. 

Perkenalan pertamanya itu membawanya penasran dan ingin tahu lebih jauh. Ia juga membaca terjemahan al-Quran.

Sarah menceritakan sedikit perjalanannya mencari kedamaian. Kegelisahan yang dirasakan dalam hidup membuatnya terus mempelajari berbagai keyakinan yang dipeluk oleh orang lain. Meski sempat mempelajari agama selain Islam, namun Sarah mengaku bahwa dirinya tak kunjung mendapatkan kedamaian yang diinginkan. Hingga akhirnya Allah SWT. menuntunnya ke Indonesia dan mempelajari agama Islam. 

"I feel depressed and i pray to God, you have to guide me, i can not die before knowing the truth and before knowing how to worship you," ujarnya. 

Saat kembali dipertemukan dengan Al-Qur'an untuk kedua kalinya, Sarah memohon kepada Tuhan agar diberikan petunjuk dan jalan kebenaran. Karena ia mengaku sudah hilang arah sebelum bertemu dengan Islam. Namun keinginannya untuk menemukan cahaya ilahi rabbi sangat besar. 

"Ya Allah you have to guide me please because now i don't know where to go and what to do and i need to find the way to worship you," lanjutnya. 

Sarah sangat takjub dengan kepribadian muslim yang sangat ramah dan terbuka terhadap orang lain. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuatnya mau mempelajari Islam hingga saat ini.

"Maybe you don't relize you were born in islam, but your behaviour, your character, your openess potraits what islam really is . And i found it so amazing that you keep the religion such a pure and authentic way and also that make me relise that islam is the truth because the way it's done here really touch people's heart and i feel it in my heart," pungkas Sarah. 

Selama berada di Pesantren Alam Sayang Ibu, Sarah juga mengikuti berbagai kegiatan bersama Nune Dende. Selama bulan Ramadhan, ia juga ikut sahur, berpuasa, hingga sholat tarawih bersama. Sarah juga berkesempatan untuk belajar mengaji dan dibimbing langsung oleh Ustadz dan Ustadzah di PAMSI.* 



Posting Komentar

0 Komentar