Live-in Step 1, Sepekan Berbaur di Desa Mas Mas

Nune Dende Pesantren Alam Sayang Ibu ikuti kegiatan Live-in Step1 di Desa Mas Mas, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 38 santri yang duduk di kelas 7 MTs Sayang Ibu mengunjungi Desa Mas Mas dan didampingi oleh 2 orang ustadz dan 2 orang ustadzah. Mereka bermukim di rumah warga desa Mas Mas selama sepekan, terhitung sejak  Senin, 28 April 2025 sampai dengan hari Sabtu, 2 Mei 2025. 


Nune Dende kelas 7 saat pelepasan Live-in Step 1 Desa Mas Mas (Foto: PAMSI)

Live-in merupakan salah satu kegiatan yang masuk ke dalam kurikulum bermasyarakat bagi Nune Dende. Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk memberikan pengalaman hidup berdampingan dengan masyarakat secara langsung, juga bertujuan untuk mengasah berbagai karakter dasar yang penting bagi Nune Dende, mulai dari kemampuan manajemen diri, kemampuan bermasyarakat, kemampuan berpikir, kemampuan mengamati, dan kemampuan bertahan hidup. 


Direktur Pendidikan Pesantren Alam Sayang Ibu, Bunda Dr. Hj. Immy Suci Rohyani, M.Si menyebutkan tujuan diadakannya Live-in Step 1 agar Nune Dende dapat tumbuh bersama masyarakat. Sehingga pendidikan yang didapatkan oleh santri di madrasah tidak menjauhkan mereka dari masyarakat. 


“Jangan sampai anak-anak yang berpendidikan itu jauh dari masyarakat, sehingga pendidikan di Sayang Ibu itu harus bermasyarakat, agar anak-anak memiliki kesempatan untuk tumbuh bersama masyarakat,” jelas Bunda Immy. 


Nune Dende kelas 7 di Desa Mas Mas (Foto: PAMSI)  


Live-in Step 1 ini mengangkat lima aspek SDGs, yakni Pendidikan Berkualitas (SDGs 4), Tanpa Kelaparan (SDGs 2), Konsumsi Dan Produksi Yang Bertanggung Jawab (SDGs 12), Penanganan Perubahan Iklim (SDGs 13), dan Ekosistem Darat (SDGs 15). Berbagai aspek tersebut dipelajari, diobservasi, dan diteliti oleh santri secara langsung di Desa Mas Mas. Mereka juga diberi kesempatan untuk mengunjungi berbagai industri dan observasi ekosistem darat, guna mendalami SDGs yang ada dalam program ini.  


Pendidikan Berkualitas yang menjadi poin dari SDGs 14 diimplementasikan dalam kegiatan English Club yang merupakan program milik Desa Mas Mas sendiri. Selama Live-in Nune Dende ikut serta dalam kegiatan tersebut dan mengajarkan anak-anak di Desa Mas Mas seputar pengetahuan Bahasa Inggris yang mereka ketahui. Selain terlibat dalam English Club, Nune Dende juga mengajarkan anak-anak kecil mengaji setelah sholat maghrib di masjid.  


Selain SDGs 14, Live-in di Desa Mas Mas juga mengimplementasikan aspek Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab sebagai poin SDGs 12. Nune Dende mengobservasi kerajinan ketak dan pembuatan keripik. Pada poin ini santri juga ditekankan tentang peranan makhluk hidup terhadap perekonomian masyarakat. Mereka belajar banyak tentang pemanfaatan tumbuhan ketak (sejenis tumbuhan paku atau rotan kecil yang merambat) dan rotan menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai jual. Selain itu juga pengolahan singkong menjadi rengginang, serta bonggol pisang menjadi keripik. 


Nune Dende belajar membuat kerajinan dari ketak (Foto: PAMSI) 


Terkait SDGs 15, Nune Dende mempelajari langsung Ekosistem Darat yang ada di Desa Mas Mas. Mereka pergi ke sawah dan danau yang ada di Desa Mas Mas untuk melihat dan mengobservasi secara langsung tentang interaksi biotik dan nonbiotik. Nune Dende juga melihat langsung berbagai makhluk hidup yang terlibat dalam rantai makanan. 


Selain mengimplementasikan sederet aspek SDGs, Bapak Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Dr. H. Jamaluddin Abdullah, M.Ed juga menekankan pentingnya Live in bagi Nune Dende untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda sembari bermusafir. “Anak-anak ini ada yang berasal dari kota dan desa, penting bagi mereka untuk merasakan pengalaman yang berbeda karena bisa mendapatkan hal yang berbeda dari desa yang dikunjungi. Kunjungan anak-anak ke suatu desa juga menjadi salah satu bentuk jalan-jalan yang menurut Ali Ath-Thanthawi itu adalah ibadah yang menyadarkan manusia tentang kekuasaan dan kasih sayang Allah terhadap manusia dan alam semesta,” jelas beliau. 


Guna mempermudah proses observasi, pembelajaran, dan penelitian menjadi lebih mudah, nune dan dende akan tinggal bersama dengan orang tua asuh selama sepekan. Setidaknya 2 orang santri akan ditempatkan dalam satu rumah yang sama dan dititipkan kepada orang tua asuhnya. Melalui kesempatan tersebut pula nune dan dende akan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat Mas Mas sehari-hari. Hasil akhir dari seluruh rangkaian kegiatan Live-In Step 1 ini akan berbentuk mini riset sederhana yang bersumber dari hasil observasi nune dan dende. 


Nune Dende observasi di sawah seputar interaksi biotik dan abiotik (Foto: PAMSI)

Ustadz Haasyir Syarif, S.Pd.I. selaku pembimbing Live-in Step 1 mengungkapkan kondisi Nune Dende selama berada di Desa Mas Mas. Menurut pengakuannya, santri kelas 7 MTs Sayang Ibu sangat senang dan antusias dengan kegiatan ini. Pasalnya momen ini merupakan kali pertama bagi mereka untuk hidup berdampingan dengan masyarakat secara langsung.  


“Anak-anak kita selama Live-in ini sangat antusias, karena  ini kegiatan Live-in pertama kelas 7 yaitu Live-in Step 1. Ini menjadi momen mereka untuk berkegiatan untuk melihat suasana baru, bersama orang tua asuh mereka , anak-anak kecil, adik-adik, dan menjadi motivasi yang sangat baik untuk mereka belajar hidup di masyarakat,” tutur Ustadz Haasyir. 


Nune Dende Live-in Step 1 di Desa Mas Mas (Foto: PAMSI) 

Live-in step 1 diharap bisa memberi pemahaman mengenai cara beradaptasi dengan lingkungan yang baru, menghormati dan menaati tata aturan dan sosial      yang berlaku di dalam masyarakat, serta mampu mempelajari, mengamati, mengobservasi, dan meneliti berbagai hal yang ada di wilayah tersebut kepada Nune Dende. Program ini mendukung dan dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mengaplikasikan keahlian dan pengetahuannya di dalam masyarakat, serta mempelajari contoh langsung dari pembelajaran di kelas dari sumbernya. 


“Harapannya untuk kegiatan Live-in ini dan khususnya untuk anak-anak, semoga melalui kegiatan ini mereka bisa mengetahui ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat, supaya menjadi gambaran mereka ketika sudah dewasa kelak,” pungkas Ustadz Haasyir.  


Live-in Step 1 yang diikuti oleh Nune Dende kelas 7 MTs Sayang Ibu diharap bisa memberikan pengalaman dan pengetahuan baru yang bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat bagi Nune Dende secara personal, namun juga untuk masyarakat yang terlibat secara langsung. *



*Humas & Media PAMSI

Posting Komentar

0 Komentar