KE KAMPUNG TENUN PRINGGASELA: ANAK KELAS 8 MTs PAMSI JADI ORANG DESA SEJATI!

Live In Fase 2 ini adalah giliran anak-anak Kelas 8 MTs Sayang Ibu untuk merasakan hidup di luar zona nyaman mereka. Tujuan mereka kali ini ke Pringgasela, Lombok Timur, yang terkenal sebagai pusatnya tenun Lombok. Ini bukan sekadar kunjungan, guys. Ini program peleburan diri intensif, di mana mereka harus tinggal dan hidup bersama keluarga angkat (host family) selama beberapa hari penuh. 

Nune Dende kelas 8 MTs Sayang Ibu belajar membatik di Desa Pringgasela saat Live in Fase 2 (Foto: PAMSI) 

Mereka datang ke Pringgasela tidak hanya untuk menumpang tidur. Mereka langsung diuji untuk menjadi anggota keluarga sejati. Kewajiban utama mereka adalah membantu semua pekerjaan rumah tangga dan mengikuti rutinitas orang tua angkatnya. Mereka harus merasakan langsung bagaimana siklus hidup masyarakat Pringgasela berjalan, sebuah kurikulum empati yang paling jujur dan efektif.

Apa saja yang mereka kerjakan di sana? Karena Pringgasela terkenal dengan tenunnya, kegiatan utamanya jelas tak jauh dari budaya dan keterampilan lokal. Anak-anak MTs ini diajak langsung nyemplung ke proses pembuatan kain. Mereka belajar menenun, mulai dari benang sampai menjadi kain indah. Raut wajah mereka terlihat lelah ketika menyadari betapa rumit dan butuh kesabaran tingkat dewa untuk membuat sehelai kain tenun itu. 

Seorang ibu di Desa Pringgasela menjemur kain batik hasil produksi (Foto: PAMSI) 

Selain menenun, mereka juga diajak belajar membatik dan membuat anyaman menggunakan bahan lokal. Ini menunjukkan bahwa soft skill dan pelestarian budaya menjadi fokus utama. Mereka tak cuma melihat, tetapi praktik langsung. Otomatis, apresiasi mereka terhadap warisan seni Lombok meningkat drastis, menyadari bahwa seni itu butuh ketekunan yang luar biasa.

Nune Dende MTs Sayang Ibu ini beruntung karena momen Live In mereka pas dengan perayaan Maulid Nabi di Pringgasela yang digelar secara besar-besaran di Masjid Agung setempat! Ini bukan sekadar acara biasa. Perayaan ini kental banget dengan adat Sasak, di mana warga berbondong-bondong membawa dulang-dulang raksasa yang penuh sesak dengan aneka jajanan dan makanan tradisional khas Lombok. Mereka melihat langsung bagaimana tradisi Maulid di Pringgasela dihidupkan dengan kemeriahan gotong royong dan hidangan melimpah, sebuah pemandangan budaya dan spiritual yang menusuk ke dalam hati.

Kegiatan alamnya juga ada. Sesuai dengan konsep Pesantren Alam, mereka juga melakukan kunjungan ke sawah/pertanian setempat. Di sana mereka bisa melihat langsung bagaimana petani bekerja, bagaimana siklus tanam berjalan, dan memahami kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam. Ini adalah pelajaran ekologi dan geografi yang nyata di lapangan, jauh lebih segar daripada cuma membaca buku teks. 

Masyarakat Desa Pringgasela berpartisipasi dalam acara Maulid Nabi di Masjid Agung (Foto: PAMSI) 

Namun, highlight spiritualnya terjadi di hari terakhir. Pada hari Ahad, sebelum kembali ke PAMSI, anak-anak MTs Sayang Ibu ikut langsung dalam perayaan Maulid Akbar di Masjid Agung Pringgasela. Ini adalah momen penutup yang megah dan kental adat. Mereka melihat langsung tradisi masyarakat membawa dulang-dulang yang ukurannya gede-gede banget dan jumlahnya banyak, penuh sesak dengan aneka jajanan dan makanan tradisional. Momen ini menjadi pelajaran budaya dan spiritual yang tak terlupakan.

"Di setiap desa, di setiap rumah orang tua asuh, anak-anak belajar tentang kearifan lokal dan melihat langsung tantangan hidup," jelasnya. "Bagi kami, Live In adalah kurikulum yang wajib diserap. Ini jauh lebih penting dari sekadar rekreasi. Intinya, mereka belajar menjadi dewasa dengan cara yang paling jujur, dengan hidup bersama orang lain,” ujar Bapak Pimipnan,  Ustadz Jamaluddin Abdullah.

Program Live In Fase 2 di Pringgasela ini sukses melatih nune dende Kelas 8 MTs Sayang Ibu. Mereka pulang bukan cuma bawa kain tenun, tetapi bawa skill baru, apresiasi mendalam terhadap budaya Sasak, dan bekal empati yang kuat setelah hidup bersama keluarga angkat. Pringgasela sudah berhasil jadi sekolah kehidupan terbaik buat mereka.

Posting Komentar

0 Komentar