Di tengah ketenangan kegiatan belajar di Pesantren Alam Sayang Ibu, ada satu nama yang berhasil memecah kebuntuan dan membawa nama pesantren ke kancah nasional. Dia adalah Dende Hani, santri Kelas 11 MA Sayang Ibu. Hani bukan bertarung di arena akademik murni, melainkan di panggung seni dan bahasa, Festival dan Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) 2025 untuk jenjang SMA/MA sederajat.
![]() |
| Pelepasan kontingen NTB dalam ajang FLS3N 2025 ke Jakarta (Foto: PAMSI) |
Bidang yang dipilih Hani adalah Jurnalistik, sebuah arena yang menuntut ketajaman mata, keluwesan bahasa, dan kejujuran nurani dalam menyampaikan fakta. Perjalanan Hani menuju Jakarta bukanlah hadiah, melainkan hasil dari ujian berjenjang yang ketat, dimulai dari tingkat daerah.
Tahap pertama adalah Seleksi Tingkat Kabupaten/Kota FLS3N 2025. Ini adalah saringan awal dimana Hani harus mengalahkan puluhan perwakilan sekolah lain di Lombok. Karyanya harus mampu menarik perhatian juri daerah sebelum diizinkan melangkah lebih jauh.
Begitu dinyatakan lolos dari level kabupaten, Hani langsung dihadapkan pada Seleksi Tingkat Provinsi FLS2N 2025. Di tahap ini, persaingan menjadi jauh lebih ketat. Ia harus beradu kualitas dengan para jurnalis muda terbaik dari seluruh Nusa Tenggara Barat, mempresentasikan karyanya sebagai yang paling unggul di provinsi.
Setelah berhasil menembus seleksi provinsi, sebuah prestasi yang sudah membanggakan, Hani kini resmi mendapatkan tiket ke ibukota. Puncak dari seluruh perjuangan ini adalah Seleksi Tingkat Nasional FLS3N 2025 di Jakarta. Di sinilah Dende Hani akan membawa narasi dan perspektif unik dari Lombok, bersaing dengan wakil-wakil dari 34 provinsi lain.
![]() |
| Dende Zuhra Hanifa mempresentasikan karya tulisnya di hadapan para juri FLS3N 2025 (Foto: PAMSI) |
Proses seleksi FLS3N 2025 untuk jenjang SMA/MA ini berlangsung dalam periode waktu yang intensif, menguji ketahanan dan fokus santri. Mulai dari pendaftaran, pengiriman karya, hingga pengumuman final, Hani harus mampu menyeimbangkan tuntutan pesantren dan tekanan lomba.
Meskipun harus menghadapi persaingan yang ketat di tingkat nasional, Dende Hani membawa pulang pelajaran yang jauh lebih berharga daripada piala. Ia merasa bangga atas pencapaiannya tersebut.
“Saya bersyukur sekali mendapatkan kesempatan berharga mengikuti ajang FLS3N ini, khususnya di bidang Jurnalistik, yang memang menjadi minat saya,” ujar Dende Hani. Ia menambahkan, “Meskipun belum berhasil meraih juara utama, saya sangat bangga pada diri sendiri bisa mencapai titik sejauh ini. Ini adalah bukti bahwa masih banyak potensi yang perlu saya asah.”
Hani melihat kegagalan meraih juara sebagai tantangan. Ia mengakui, “Saya perlu belajar lebih banyak lagi tentang dunia jurnalistik agar mampu tampil lebih baik di masa depan. Saya percaya, akan ada banyak kesempatan baru yang menunggu untuk dijadikan pengalaman berharga.”
![]() |
| Dende Zuhra Hanifa mengikuti lomba jurnalistik dalam ajang FLS3N 2025 (Foto: PAMSI) |
Kini keberhasilan Dende Hani di bidang Jurnalistik menjadi bukti bahwa pendidikan berbasis alam dan peradaban juga mampu melahirkan talenta yang unggul dan kritis di dunia media dan literasi. Pesan penutupnya menjadi penyemangat bagi teman-temannya,“Oleh karena itu, teruslah menjadi perempuan berilmu (educated woman), wahai kawan-kawan.”
Perjalanan Dende Hani ke Jakarta adalah penegasan bahwa narasi pendidikan dari pesantren kini tidak hanya didengar di masjid atau madrasah, tetapi juga di panggung nasional, diuji oleh standar tertinggi dalam kreativitas dan kepekaan jurnalistik.








0 Komentar