Magang Perdana Siswa MI Sayang Ibu, Merasakan Empati di PPSLU Mandalika Hingga Dapur Rumah ErZaF Selama 2 Hari

Ruang kelas MI digantikan oleh lorong-lorong PPSLU Mandalika, SLBN 1 Mataram, hingga dapur profesional Rumah ErZaF. Untuk pertama kalinya, Nune Dende MI Sayang Ibu dilepaskan dari rutinitas madrasah, menjalani magang perdana yang berlangsung selama 2 hari per angkatan. Ini bukan sekadar tamasya, tetapi kurikulum yang dirancang keras untuk menanamkan empati dan menguji minat sejak usia dini. 

Nune Dende MI Sayang Ibu magang di SLBN 1 Mataram (Foto: PAMSI)

Para santri dibagi berdasarkan kelas dengan fokus yang berbeda. Kelas 1 menjalani ujian nurani di SLBN 1 Mataram pada Senin-Selasa, 24-25 November 2025. Raut wajah mereka, yang biasa ceria di madrasah, terlihat tegang saat harus mencoba memahami bahasa isyarat dan interaksi tanpa kata-kata, sebuah transfer pengetahuan dari teori kebajikan ke praktik kasih sayang yang nyata.

Sementara itu, siswa Kelas 2 dihadapkan pada realitas usia senja di PPSLU Mandalika pada Selasa-Rabu, 25-26 November 2025. Tugas mereka melampaui observasi, mereka membantu menyuapi, mendampingi berjalan, dan menjadi pendengar bagi kisah-kisah panjang yang mungkin tidak lagi didengar oleh keluarga sang lansia. Ini adalah pelajaran krusial tentang penghormatan tanpa syarat sejak usia belia.

Berbeda lagi dengan Kelas 3 dan 4, yang menguji minat bakat praktis dan empati produktif mereka. Selama Rabu-Kamis, 26-27 November 2025, mereka menghabiskan waktu di Rumah ErZaF, sebuah lokasi yang mengajarkan keterampilan hidup. Aroma adonan dan panasnya oven menjadi laboratorium mereka, jauh dari buku pelajaran. Mereka tidak hanya belajar membuat roti, tetapi juga merasakan bagaimana kerja keras menghasilkan pangan.

Nune Dende MI Sayang Ibu magang di Rumah ErZaF (Foto: PAMSI)

Tujuan utama program ini, sebagaimana ditekankan oleh Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, adalah menumbuhkan kepedulian dan mengajarkan empati sebagai modal dasar mereka sebagai khalifah fil ard. Inilah bukti bahwa Pesantren Alam menempatkan rasa sebagai fondasi ilmu, yang hanya bisa didapatkan dari interaksi nyata.

Pimpinan Pesantren, Ustadz Dr. H. Jamaluddin Abdullah M.Ed, kerap menegaskan bahwa, “Target-target pendidikan akan sulit tercapai jika kita hanya bertahan di dalam kelas saja.” Beliau menekankan bahwa anak-anak harus melihat langsung tantangan hidup, “agar mereka menjadi lebih kaya secara pengetahuan dan rasa.” Magang ini adalah jawaban atas tuntutan pendidikan holistik sejak jenjang madrasah ibtidaiyah.

Direktur Pendidikan, Bunda Dr. Hj. Immy Suci Rohyani, M.Si, menambahkan dimensi filosofis pada program ini. “Setiap anak memiliki keunikan dan tingkat kecerdasan yang berbeda, serta bidang minat yang tidak sama,” tutur Bunda Immy. Ia menegaskan, “Oleh karena itu, tujuan inti pesantren adalah memastikan setiap anak didampingi hingga mereka mampu meraih potensi terbaiknya.”

Nune Dende MI Sayang Ibu magang di PPSLU Mandalika (Foto: PAMSI)

Kegiatan singkat, yang hanya berlangsung dua hari per kelas ini, melibatkan pengawasan ketat. Guru pembimbing mendampingi setiap kelompok, memastikan Nune Dende tidak hanya hadir secara fisik, tetapi benar-benar melebur dalam suasana, baik saat berbagi tawa dengan penghuni PPSLU Mandalika maupun saat mengaduk adonan di Rumah ErZaF.

Setelah dua hari penuh di lingkungan yang menantang emosi dan fisik, santri kembali ke pesantren bukan hanya dengan catatan di logbook. Mereka membawa pulang pengalaman batin yang dalam, rasa haru, tanggung jawab, dan aroma bakery, sebuah modal kemanusiaan yang menegaskan bahwa sekolah terbaik adalah kehidupan itu sendiri.

Magang ini adalah suntikan realitas bagi Nune Dende MI. Program ini menjadi bukti bahwa untuk mendidik generasi yang tangguh dan peduli, mereka harus dikenalkan pada kerentanan hidup di SLBN 1 Mataram, sekaligus pada potensi keterampilan mereka di Rumah ErZaF, menciptakan jembatan antara teori kebajikan dan praktik di lapangan.

Posting Komentar

0 Komentar