Riset PAMSI Ajak Nune Dende Uji Logika dan Hipotesis

Kurikulum Pesantren Alam Sayang Ibu (PAMSI) tidak hanya hafalan kitab. Nune Dende, baik di jenjang MTs maupun MA diwajibkan masuk ke arena riset ilmiah, sebuah proses panjang yang memaksa mereka menguji logika dan kemampuan analitis di luar ruang kelas. Ini adalah investasi pesantren untuk mencetak generasi yang tidak hanya berilmu agama, tetapi juga tanggap terhadap masalah lingkungan dan sosial di sekitar mereka. 

Dende Pesantren Alam Sayang Ibu melakukan destilasi ekstrak bunga mawar (Foto: PAMSI) 

Tahapan awal dimulai dengan pengenalan riset, dimana santri dibekali pemahaman mendasar tentang metodologi ilmiah dan pentingnya riset. Mereka diperkenalkan pada kaidah-kaidah dasar yang membedakan argumen yang valid dari sekadar opini. Setelah itu, mereka langsung didorong keluar untuk observasi masalah yang ada di sekitar. Bukan masalah di buku, tetapi isu-isu nyata yang terlihat jelas di lingkungan pesantren, desa, atau bahkan di pulau Lombok sendiri.

Proses observasi yang ketat tersebut kemudian berujung pada penulisan daftar masalah yang teridentifikasi. Santri dituntut kritis dengan cara mendaftar setiap isu yang mereka temukan, dari pengelolaan limbah sederhana hingga fenomena sosial yang kompleks di komunitas sekitar. Setelah daftar masalah tersusun, tahap krusial dilakukan yakni memilih satu masalah yang paling relevan dan menarik untuk dibedah lebih dalam, sebuah keputusan yang seringkali didasari oleh minat dan bakat individu santri.

Masalah terpilih itu kemudian diolah menjadi pertanyaan mendasar, yaitu menyusun pertanyaan yang akan menjadi panduan dalam studi. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diperluas dan disaring secara ketat untuk membuat daftar pertanyaan yang menjadi rumusan masalah yang spesifik dan terukur. Rumusan masalah inilah yang akan menjadi fondasi seluruh bangunan riset yang akan mereka laksanakan.

Nune Pesantren Alam Sayang Ibu melakukan uji bahan bakar roket (Foto: PAMSI)

Setelah fondasi riset terbentuk, santri diwajibkan memasuki fase akademik yang serius yaitu studi literatur. Mereka harus membandingkan masalah yang mereka temukan dengan studi-studi terdahulu, mencari celah yang belum terjawab oleh penelitian sebelumnya. Proses ini kemudian berlanjut pada pencarian rujukan yang valid, yaitu mencari jurnal dan buku sebagai rujukan utama untuk mendukung kerangka berpikir mereka.

Inilah fase krusial di mana Nune Dende dituntut melakukan integrasi keilmuan. Selain harus mencantumkan referensi dari pengetahuan alam (sains) atau pengetahuan sosial yang relevan dengan topik, mereka memiliki kewajiban tertinggi, menghubungkan penelitian mereka dengan pengetahuan agama Islam. Hal ini dilakukan dengan cara mengungkapkan hadits atau ayat suci Al-Qur'an yang secara eksplisit atau implisit berkenaan dengan topik yang mereka teliti, memastikan riset mereka memiliki dasar yang kuat.

Berdasarkan data dan rujukan yang kuat, santri kini dituntut untuk membangun hipotesis. Mereka harus merumuskan jawaban sementara yang logis terhadap rumusan masalah yang telah mereka buat, sebuah pertaruhan ilmiah yang akan diuji kebenarannya. Setelah hipotesis dirumuskan, tahap logistik dimulai dengan menentukan metode riset, apakah itu eksperimen, kualitatif, atau kuantitatif, yang paling sesuai untuk menguji hipotesis tersebut.

Langkah selanjutnya adalah uji hipotesis secara langsung di lapangan atau di laboratorium sederhana pesantren. Proses pengujian ini tidak mudah, ia melibatkan kerja keras, pengulangan, dan ketelitian tinggi dalam pengumpulan data. Hasil uji hipotesis kemudian dianalisis dalam fase eksperimen dan analisa data, di mana angka, fakta, dan temuan di lapangan diolah menjadi kesimpulan yang berbasis bukti.

Dende Pesantren Alam Sayang Ibu menyaring ekstrak daun sirsak sebagai campuran bahan shampo (Foto: PAMSI) 

Setelah semua data dan analisis selesai, santri harus merangkum seluruh perjalanan mereka ke dalam sebuah naskah serius seperti menulis proposal riset. Proposal ini adalah dokumen formal yang merinci latar belakang, tujuan, metode, dan harapan hasil riset yang telah mereka rencanakan, sekaligus menampilkan benang merah yang menghubungkan temuan saintifik dengan dalil agama.

Tahap penulisan proposal ini kemudian dilanjutkan dengan ujian publik internal dengan cara presentasi proposal. Santri harus mempertahankan argumen, metodologi, dan signifikansi penelitian mereka di hadapan dewan guru yang bertindak sebagai tim penilai yang kritis. Mereka harus mampu menjawab pertanyaan tentang data, metodologi, sekaligus validitas rujukan agama yang mereka gunakan.

Presentasi yang berhasil akan membawa mereka pada persetujuan proposal, membuka pintu bagi dana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk memulai kerja lapangan yang sebenarnya. Setelah proposal disetujui, pengambilan data di lapangan dimulai, sebuah fase yang seringkali paling menantang dan membutuhkan adaptasi tinggi.

Selama proses pengambilan data yang panjang ini, santri berada dalam pengawasan ketat melalui fase bimbingan. Mereka secara rutin bertemu dengan guru pembimbing untuk mengatasi kendala metodologis, memastikan keakuratan data, dan menjaga riset tetap pada jalurnya, sambil terus memastikan rujukan dalam penelitian mereka tetap kuat.

Nune Pesantren Alam Sayang Ibu melakukan percobaan infused water kurma (Foto: PAMSI)

Data yang sudah terkumpul melalui bimbingan kemudian dibawa ke tahap akhir yakni menentukan hasil riset. Santri harus jujur, menyimpulkan apakah hipotesis mereka terbukti, terbantahkan, atau memerlukan modifikasi, dan selalu mengembalikannya pada perspektif Islam sebagai panduan.

Proses panjang dan melelahkan ini diakhiri dengan presentasi hasil riset. Di sinilah mereka memaparkan temuan akhir mereka kepada komunitas pesantren, membuktikan bahwa mereka tidak hanya mampu membaca buku, tetapi juga mampu menghasilkan pengetahuan baru dan menjadi bagian dari solusi, mengawinkan ilmu naqli dan aqli dalam satu naskah ilmiah.

Program riset ilmiah ini adalah penanaman karakter, mengajarkan santri MTs dan MA untuk tidak pasrah pada keadaan, tetapi aktif menganalisis, merespons, dan disinari oleh petunjuk Al-Qur'an.



Posting Komentar

0 Komentar