SEMINAR PARENTING: NLP For Parents

Ruang Plaza Hotel Sapadia, Mataram mendadak berubah fungsi menjadi ruang konsultasi pola asuh raksasa. Tepat Pukul 08.00 WITA, Ahad, 30 November 2025, ruangan dipadati oleh ratusan wali santri dari seluruh jenjang MI, MTs, dan MA Sayang Ibu. Mereka tidak membahas kurikulum atau nilai akademik, melainkan berkumpul dalam Seminar Parenting yang bertajuk "NLP for Parents: Rahasia Menyentuh Hati Anak Lewat Kata dan Sikap".

Interaksi Pak Teddi Prasetya Yuliawan dengan Wali Nune Dende dalam Seminar Parenting: NLP For Parents (Foto: PAMSI)


Suasana di dalam aula terasa intens, dipenuhi oleh orang tua yang haus akan ilmu pengasuhan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Seminar ini bertujuan untuk membekali wali santri dengan teknik Neuro-Linguistic Programming (NLP), sebuah langkah fundamental untuk memahami dan memetakan pola pikir anak.

Acara ini menghadirkan tokoh kunci sebagai pemateri utama yakni Teddi Prasetya Yuliawan, Founder Indonesia NLP Society. Ia memaparkan bagaimana sikap orang tua bukan hanya ucapan, adalah kunci utama dalam membentuk karakter Nune Dende. 

Sambutan dari Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Ustadz Dr. H. Jamaluddin Abdullah, M.Ed (Foto: PAMSI)


Di sampingnya, turut hadir Pimpinan Pesantren Alam Sayang Ibu, Ustadz Dr. H. Jamaluddin Abdullah, M.Ed, yang memberikan perspektif integrasi antara NLP dengan nilai-nilai agama dan pesantren. Ustadz Jamaluddin Abdullah menegaskan bahwa pengasuhan adalah investasi jangka panjang.

Dalam sambutannya, Ustadz Jamaluddin Abdullah menyinggung sumber utama dari perilaku anak. Beliau menekankan, "Akhlak yang baik itu sumbernya adalah hati kita atau akal kita, bukan sekadar kata-kata. Oleh karena itu, kita harus mampu mengorganisasi rasa hati dan otak kita, sehingga kita bisa mengatur perkataan dan tindakan kita di hadapan anak." 

Pemateri utama, Teddi Prasetya memaparkan materi NLP kepada wali santri (Foto: PAMSI) 


Teddi Prasetya Yuliawan kemudian mengambil alih podium, menekankan bahwa masalah terbesar dalam pengasuhan seringkali bukan kurangnya cinta, melainkan miskomunikasi yang disebabkan oleh perbedaan pola pikir. Ia mengajarkan teknik NLP yang praktis, memastikan para wali santri mendapatkan jurus sakti untuk membaca dan menyentuh hati anak. Ilmu ini bertujuan memecah kebuntuan komunikasi yang terjadi di rumah.

Dalam paparannya, Teddi Prasetya Yuliawan menyinggung aspek modeling yang krusial. Beliau menegaskan bahwa perilaku orang tua jauh lebih banyak ditiru oleh anak daripada nasihat verbal, menjadikan sikap sebagai kurikulum tak tertulis yang paling efektif. Pemahaman ini penting untuk memastikan wali santri meneladankan kebiasaan terbaik.

Ustadz Jamaluddin Abdullah kembali menegaskan bahwa skill NLP ini adalah pelengkap sempurna bagi nilai-nilai agama. Beliau melihat NLP sebagai cara ilmiah untuk memaksimalkan potensi anak, membantu mereka mengidentifikasi dan mengeliminasi hambatan psikologis sejak dini. 

Wali santri PAMSI berkenalan satu sama lain pada Seminar Parenting: NLP For Parents (Foto: PAMSI) 


Seminar ini bukan hanya sesi mendengarkan ceramah. Para wali santri ditantang untuk merenungkan pola pikir mereka sendiri, mengidentifikasi bias pengasuhan, dan berkomitmen pada perubahan diri demi masa depan anak.

Di penghujung hari, para wali santri meninggalkan aula tidak hanya dengan catatan, tetapi dengan peta jalan baru untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dengan anak-anak mereka. Transformasi yang mereka jalani hari itu adalah janji tak tertulis: bahwa suksesnya pendidikan di pesantren harus didukung penuh oleh kekuatan pola asuh di rumah.

Posting Komentar

0 Komentar