Nune Dende kelas 7 MTs Sayang Ibu mengunjungi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat pada Selasa, 25 Februari 2025. Sebanyak 37 santri bersama 6 orang guru mengunjungi museum untuk memperdalam materi yang telah dipelajari di kelas sebelumnya. Kunjungan Nune Dende ke Museum NTB merupakan salah satu bentuk deep learning yang dilakukan oleh Pesantren Alam Sayang Ibu.
![]() |
Nune Dende kelas VII MTs Sayang Ibu mengunjungi Museum Negeri NTB (Foto:PAMSI) |
Kedatangan Nune Dende di Museum NTB juga mendapat sambutan dari pihak museum yakni Pamong Budaya Ahli Madya, Dra. Gunarti. Seperti halnya sekolah-sekolah lain yang mengunjungi museum, Nune Dende juga mendapat penjelasan dari Ibu Gunarti tentang Museum NTB itu sendiri. Baik tentang penamaan Museum Negeri NTB, pengelolaan barang bersejarah, hingga perawatannya.
![]() |
Nune Dende disambut oleh Ibu Gunarti selaku Pamong Budaya Ahli Madya (Foto: PAMSI) |
Menurut Ustadz Didit Sukmana, selaku guru pengampu mata pelajaran sosial, Museum NTB dipilih sebagai lokasi lokasi outing karena merupakan pusat informasi purbakala yang paling mudah diakses. Museum sendiri merupakan pusat informasi purbakala yang paling mudah diakses. Selain itu, museum juga menjadi pusat koleksi benda-benda bersejarah dan berkaitan dengan pelajaran di kelas 7 yang pada semester ini juga membahas sejarah. Baik itu sejarah pra aksara, kebudayaan Hindu - Budha, serta kebudayaan Islam pada abad ke-7 hingga abad ke-14.
"Museum adalah pusat informasi purbakala yang paling mudah diakses terutama karena dekat dengan Ibu Kota Provinsi," tutur Ustadz Didit.
![]() |
Ustadz Didit Sukmana memberi penjelasan kepada Nune Dende selama berada di Museum NTB (Foto:PAMSI) |
Selama berada di museum, Nune Dende diajak untuk melihat secara langsung barang-barang bersejarah yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru pengampu. Dengan melihat langsung barang bersejarah tersebut diharap bisa menambah pemahaman Nune Dende tentang pengetahuan sejarah yang lebih mendalam.
"Museum menjadi rujukan utama agar siswa bisa melihat benda sejarah secara konkrit dan memiliki informasi yang edukatif," lanjut Ustadz Didit menjelaskan.
![]() |
Nune kelas 7 MTs Sayang Ibu melihat koleksi Museum NTB (Foto: PAMSI) |
Nune Dende Kelas 7 MTs Sayang Ibu mengelilingi Museum Negeri NTB bersama para guru dan coach. Nune Dende juga mendapat banyak penjelasan dari Ustadz Didit Sukmana tentang barang-barang bersejarah yang dipajang di dalam museum. Materi yang diajarkan di kelas diulas kembali untuk menambah pemahaman Nune Dende di sana.
![]() |
Dende kelas 7 MTs Sayang Ibu melihat koleksi Museum NTB (Foto: PAMSI) |
Mengunjungi museum tidak hanya menambah khazanah pengetahuan Nune Dende tentang sejarah saja, namun juga terintegrasi dengan mata pelajaran lain seperti Pendidikan Agama Islam. Sejarah bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari ajaran Islam yang masuk ke dalam budaya masyarakat.
"Jadi itu terkait nanti dengan bagaimana islam sesungguhnya memandang prinsip-prinsip itu sehingga terinternalisasi ke dalam masyarakat. Bagaimana agama pun bisa merubah sistem kemasyarakatan, sistem sosial, dan sistem budaya di zaman itu," ujar Ustadz Didit.
![]() |
Nune Dende bersama Ustadz Didit melihat koleksi Museum NTB (Foto: PAMSI) |
Kedatangan Nune Dende ke museum sebelum bulan ramadhan lalu menjadi pengalaman yang menarik. Mereka terlihat sangat antusias ketika melihat berbagai barang bersejarah yang menjadi koleksi Museum NTB. Meski disayangkan karena Nune Dende hanya berkesempatan melihat 10 persen koleksi Museum NTB.
"Jadi tidak ditampilkan seluruhnya, hanya 700 koleksi dari 7000 yang ditampilkan. Artinya hanya 10 persen yang bisa dilihat oleh siswa, jadi itu sangat disayangkan ," pungkas Ustadz Didit Sukmana. *
*Humas & Media PAMSI
0 Komentar