Tentang Sayang Ibu

Gagasan Dasar

Membangun lembaga kecil yang menawarkan terobosan (besar) dalam cara mengelola pendidikan untuk menguak potensi peserta didik secara maksimal.

Visi

Mengembangkan lembaga pendidikan yang menekankan perkembangan keseluruhan aspek kemanusiaan (insân kâmil) peserta didik secara utuh, alami dan berpadu dengan alam, seperti tergambar dalam diagram berikut.
Diagram 1: Filosofi Pendidikan Sayang Ibu

Filosofi dasar

Misi

Di samping bermakna orang tua yang melahirkan dan membesarkan manusia, Ibu juga berarti bumi tempat manusia hidup, tumbuh dan berkembang, seperti tanah air Indonesia yang menjadi ibu pertiwi kita. Karena itulah Lembaga Sayang Ibu hadir dengan misi berikut:

  1. Mengembangkan sebuah model pendidikan yang menekankan pada perkembangan berbagai aspek kemanusiaan secara utuh, alami dan berpadu dengan alam.

  2. Menghadirkan praksis pendidikan yang mendorong pertumbuhan kecerdasan anak didik yang majmuk dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia baik di dalam lingkunan madrasah maupun di luarnya secara maksimal.

  3. Menjadi “ibu” bagi seluruh civitas akademika madrasah (guru, siswa dan semua unsur yang terlibat) yang merawat dan membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi insân kâmil (manusia seutuhnya) meliputi sekurang-kurangnya lima aspek: spiritual, intlektual, social, seni-budaya dan fisik.

Diagaram 2: Lima aspek insân kâmil (manusia seutuhnya)

5 Aspek


Diagaram 3: Profil insân kâmil (manusia seutuhnya): cita ideal

insan kamil

 Strategi

Visi-misi di atas akan dicapai melalui strategi pembelajaran sebagaimana yang tergambar pada diagram Kerangka Pembelajaran Madrasah Alam Sayang Ibu berikut.

Diagaram 4: Kerangka Pembelajaran Madrasah Alam Sayang Ibu


Kerangka Pembelajaran SI

Konsep Bangunan

Semua sisi kehidupan lembaga seharusnya bernilai pendidikan, atau didesain berdasarkan suatu konsep yang mendukung visi dan misi kependidikan lembaga. Karena itu, secara konsep, desain pembangunan fisik Madrasah Alam Sayang Ibu mencerminkan lima fungsi pengembangan potensi peserta didik, yaitu:

  1. Fungsi Pengembangan spiritual (keimanan)

  2. Fungsi pengembangan intelektual (edukasi)

  3. Fungsi pengembangan seni (estetik)

  4. Fungi pengembangan kecerdasan sosial-budaya & lingkungan (karakter)

  5. Fungsi pengembangan fisik (kesehatan dan kebersihan lahiriyah).

Hal ini tercermin pada pembagan zone bangunan, sebagai berikut:

Diagram 5: Zone Bangunan Sayang Ibu Konsep bangunan

Makna Logo dan Warna

Logo Sayang Ibu merupakan akronim dari nama Sayang Ibu, yaitu huruf “S” (Sayang), dan huruf “I” (Ibu) (lihat sisi kanan atas halaman ini). Namun demikian desain logo dibuat sedemikian rupa sehingga dapat juga dibaca sebagai gabungan dua angka penting dalam filsafat hidup orang Sasak, yaitu angka 4 (empat, “sekepat”) dan angka 6 (enam, “sekenem”). Sekepat-sekenem adalah konsep konstruksi rumah tradisional suku Sasak yaitu “brugak.”

Logo ini juga menggambarkan seorang yang sedang mengendarai sepeda: melambangkan keharusan untuk terus bergerak untuk mencapai keseimbang (al-mizan). Salah satu makna ibadah dalam filosofi Sayang Ibu adalah terus bergerak--kulla yawm huwa fi sya'n, meminjam bahasa al-Quran ketika menggambarkan aktifitas Allah SWT--dengan berbagai inovasi dan kreatifitas dalam meningkatkan kualitas dan membantu peserta didik menguak potensi diri secara maksimal.

Moto: “Menyemai Masa Depan”

Sayang Ibu hadir dengan visi dan misi menyiapkan generasi Nusa Tenggara Barat khsususnya, dan Indonesia umumnya, untuk siap memberi kontribusi nyata dan penting bagi peradaban Indonesia dan Dunia. Mereka adalah generasi masa depan Indonesia.

Warna: Hijau dan Kuning

Warna hijau, yang seringkali didentikkan dengan warna Islam, melambangkan kedekatan dengan alam. Warna ini memberi pengaruh positif pada emosi: ketenangan, keteduhan, kesejukan dan keterbukaan. Para peneliti juga menemukan bahwa warna hijau dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan memahami apa yang dibaca. Warna kuning pada motto Sayang Ibu, di sisi lain, memberi efek daya tarik. Di samping menguatkan aktivitas tubuh seperti aliran empedu dan kerja hati, warna kuning juga dikaitkan dengan kecerdasan intelektual dan spiritual.

Lokal dan Global

Dunia sudah dilipat, kata Yasraf Amir Piliang. Tak ada lagi jarak. Semua sekat yang dulu membatasi dan seringkali dianggap tabu telah terlangkahi. Fenomena abad informasi dan teknologi ini tetap saja bermata dua: membahagiakan sekaligus menyengsarakan. Lembaga pendidikan bertugas menemukan bagian-bagian yang membahagiakan dan mengusungnya dengan sekuat tenaga agar menjadi kekuatan dominan.

Sesuatu yang lokal pada saat yang sama bisa jadi bernilai global. Karenya lokalitas tak harus dipandang sebagai ketertinggalan atau ancaman. Lokalitas bisa menjadi global dan memberi kekuatan transnasional. Lembaga Pendidikan Sayang Ibu memiliki kesadaran bahwa persinggungan lokalitas dan globalitas bukanlah perang antara Daud (David) dan Jalut (Goliath), tetapi lebih merupakan pertemuan arus positif dan negatif yang melahirkan cahaya. Maka nilai-nilai lokal ditempatkan sejajar dengan visi global. Keduanya dijadikan kekuatan dan diselendangi dengan kebanggaan. Bahasa daerah, Sasak misalnya, diajarkan agar manusia tak lupa asal dan tetap memiliki pijakan. Bahasa pergaulan dunia, seperti Arab dan Inggris, juga perlu dikuasai agar mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat di berbagai belahan bumi.

Lembaga Sayang Ibu secara umum melalui lima lini kegiatannya--Madrasah Alam, Kebun Sains, Riset dan Pengembangan, Kewirausahaan dan Pelatihan--memberi perhatian penting terhadap isu-isu lokal dan global.

Fasilitas Pendidikan

  • Mushalla

  • Perpustakaan konvensional dan digital

  • Jaringan internet

  • Laboratorium indoor dan outdoor

  • Rumah adat

  • Lapangan olah raga

  • Ruang serbaguna

  • Asrama (putra dan putri)

  • Kincir air

  • Camping ground

  • Wahana outbond

  • Aneka permainan tradisional

  • Dan lain-lain.

(Sebagian dalam proses konstruksi).

Posting Komentar

1 Komentar